Analisis Usaha pada Tiara Bag Kudus

ANALISIS USAHA PADA
USAHA MENENGAH TIARA BAG KUDUS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEWIRAUSAHAAN
Dosen Pengampu : Dr. Drs. Sukirman, S.Pd., S.H., MM.


Disusun oleh:
Arraudhotu Aliyatul Ula
NIM : 201511285
Kelas : 4 D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN 2017



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Analisis Proposal Usaha ini dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penulisan analisis usaha pada UMKM ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan di Universitas Muria Kudus Jurusan Manajemen.
Dalam memenuhi persyaratan tersebut penulis mencoba membuat Analisis Usaha yang berjudul “Analisis Usaha pada Usaha Menengah Tiara Bag Kudus”.
Dalam menyusun analisis usaha pada umkm ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis terbatas, cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun proposal ini. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat membantu untuk melengkapi analisis usaha ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga analisis usaha ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis



DAFTAR ISI



ABSTRAK
Pemasaran sebagai kegiatan penting dari perusahaan yang menghasilkan produk untuk dijual dengan tujuan memperoleh keuntungan. Berdasarkan keuntungan diharapkan perusahaan dapat melanjutkan usaha, selain itu juga dapat mengembangkan usaha menjadi lebih besar. Harga menjadi sebagai biaya atas pembuatan suatu produk, artinya jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenankan, langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang dan jasa di dalam kondisi dan tempat di mana barang tersebut dapat dipergunakan atau dijual. Diperlukan adanya penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan yang berkaitan dengan perluasan usaha yang akan datang, terutama terkait dengan jumlah konsumen (prospective customers). Tingkat persaingan dalam dunia bisnis menunjukkan gejala semakin ketat dan kejam. Kepemimpinan suatu perusahaan, produk atau merek tertentu tidak akan selamanya stabil. Banyak pendatang baru mencoba menggoyahkan posisi ini dengan siasat atau strategi yang beraneka ragam, kondisi ini menunjukkan bahwa bisnis adalah suatu Penggunaan strategi dalam berbagai bisnis merupakan keinginan para pelaku bisnis peperangan.
Berdasarkan teori yang sesuai dengan tinjauan pustaka, Tiara Bag Kudus sudah menerapkan teori tersebut dengan menggunakan menetapkan harga sesuai dengan semua biaya yang dikeluarkan, serta menggunakan strategi yang baik dalam memasarkan produknya. Tiara Bag Kudus juga sudah merencanakan perluasan usaha yang dengan harapan dapat membuat usaha konveksi tas sekolah ini dapat berkembang, dan tidak kalah dengan pesaing-pesaing baru yang cepat berkembang. Kompetensi kewirausahaan dalam usaha Tiara Bag Kudus ini juga memiliki potensi yang baik dengan penanganan masalah yang efektif dan tepat dapat mengatasi permasalahan tersebut dan membuat usaha tersebut terus berkembang hingga ke kancah internasional.

Kata kunci : pemasaran, harga, perluasan, kewirausahaan





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pemasaran merupakan kegiatan penting dari perusahaan yang menghasilkan produk untuk dijual dengan tujuan memperoleh keuntungan. Berdasarkan keuntungan diharapkan perusahaan dapat melanjutkan usaha, selain itu juga dapat mengembangkan usaha menjadi lebih besar. Kondisi semacam ini berlaku untuk seluruh perusahaan baik yang beroperasi dalam suatu negara maupun multinasional (antar negara). Kompetisi yang dihadapi oleh suatu perusahaan menyebabkan setiap perusahaan menyusun perencanaan, melaksanakan, dan mengontrol strategi pemasaran yang dibuatnya, dengan harapan agar memenangkan persaingan atau menguasai daerah tertentu.
Harga merupakan biaya atas pembuatan suatu produk, artinya jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenankan, langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang dan jasa di dalam kondisi dan tempat di mana barang tersebut dapat dipergunakan atau dijual. Kumpulan pengorbanan dari faktor produksi sebagai sumber daya ekonomi yang didesain untuk menciptakan barang atau jasa dalam bentuk lain, yang mempunyai nilai guna tinggi. Oleh karena itu harga merupakan jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang sampai saat terjadinya transaksi penukaran di pasar.
Sebelum suatu usaha bisnis dilakukan, perlu dipertimbangkan dan diteliti terlebih dahulu kemungkinan suatu usaha itu dapat berkembang atau tidak. Agar tidak terjadi gulung tikar, maka seorang pelaku usaha mampu menjajaki usaha yang akan dilakukan secara seksama. Ditinjau dari aspek ekonomi, perlu adanya penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan yang berkaitan dengan perluasan usaha yang akan datang, terutama terkait dengan jumlah konsumen (prospective customers). Berarti produk yang dihasilkan ada pembelinya, tetapi jumlah pembeli tersebut cukup atau tidak dengan mempertimbangkan faktor pesaing, sekaligus sebagai dasar pertimbangan dari segi penawaran (supplay side). Termasuk bahan baku yang memadai, teknologi, tersedianya tenaga kerja, peraturan pemerintah, budaya, juga merupakan faktor yang harus dipertimbangkan.
Tingkat persaingan dalam dunia bisnis menunjukkan gejala semakin ketat dan kejam. Siapa yang mempunyai sumber daya paling kuat dialah yang akan tetap bertahan dalam pasar. Kepemimpinan suatu perusahaan, produk atau merek tertentu tidak akan selamanya stabil. Banyak pendatang baru mencoba menggoyahkan posisi ini dengan siasat atau strategi yang beraneka ragam, kondisi ini menunjukkan bahwa bisnis adalah suatu Penggunaan strategi dalam berbagai bisnis merupakan keinginan para pelaku bisnis peperangan. untuk mengadopsi proses pembuatan strategi yang dilakukan lebih terarah dan canggih seperti yang oleh jenderal perang.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana suatu perusahaan atau umkm merencanakan pemasaran dan perluasan usaha?
2.      Bagaimana suatu perusahaan atau umkm menyusun strategi dalam menentukan harga serta kompetensi berwirausaha?
3.      Bagaimana penerapan berwirausaha pada usaha menengah Tiara Bag Kudus?
4.      Bagaimana analisis usaha Tiara Bag Kudus jika dikaitkan dengan dasar teori?
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui bagaimana perusahaan atau umkm merencanakan pemasaran dan perluasan usaha.
2.      Mengetahui bagaimana perusahaan atau umkm menyusun strategi penentuan harga serta kompetensi berwirausaha.
3.      Mengetahui bagaimana penerapan berwirausaha pada usaha menengah Tiara Bag Kudus.
4.      Memahami dan membandingkan bagaimana analisis usaha pada Tiara Bag Kudus yang dikaitkan dengan dasar teori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Perencanaan Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan pokok dari suatu perusahaan yang modern, dengan melayani segala kebutuhan manusia (human needs) secara efektif. Tujuan dari pelayanan tersebut adalah melalui transaksi pertukaran antara produsen dengan konsumen. Konsep transaksi pertukaran merupakan pokok permasalahan dari kegiatan pemasaran. Berdasarkan transaksi pertukaran, produsen menawarkan sesuatu yang konsumen perlukan, kenudian produsen dengan kegiatan penawaran yang atraktif, diharapkan konsumen akan membeli dan kembali membeli.
Menurut Philip Kotler (1985:7), kegiatan pemasaran suatu produk adalah kegiatan menganalisi, merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi seluruh program yang telah dirancang sebelumnya agar terjadi pertukaran nilai secara sukarela (dengan konsumen), sehingga tercapai tujuan perusahaan. Selain itu, pemasaran berkaitan pula dengan merancang lembaga yang mempunyai kegiatan untuk menawarkan produk dalam memenuhi kebutuhan pasar (konsumen) yang telah di targetkan. Penawaran dilakukan dengan menggunakan harga yang efektif, komunikasi dan distribusi yang baik, menyampaikan, mendorong, dan memberikan pelayanan yang baik pada konsumen.
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran tidak terlepas dari, perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai tujuan. Beberapa langkah untuk merencanakan pemasaran bagi usaha baru di antaranya sebagai berikut:
1.    Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, pertama-tama dilakukan penelitian pasar atau riset pemasaran. Riset pasar diarahkan pada kebutuhan konsumen, misal barag atau jasa mana yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen, berapa jumlahnya, kualitas bagaimana, siapa yang membutuhkan, dan kapan memerlukan. Riset pasar dimaksudkan untuk menentukan segmen pasar dan karateristik kosumen yang dituju.
2.    Memilih pasar sasaran khusus.
Ada tiga jenis pasar sasaran khusu, yaitu:
a.    Pasar individual ( individual market)
b.    Pasar khusus ( niche market )
c.    Segmentasi pasar ( market segmentation)
Berdasarkan tiga alternatif pasar sasaran, bagi perusahaan kecil dan usaha baru lebih baik memilih pasar khusus dan pasar individuak, sedangkan untuk perusaan menengah dan besar lebih baik menggunakan segmentasi pasar.
3.    Menempatkan strategi pemasaran dalam persaingan.
Penetapan strategi pemasaran tergantung keadaan lingkungan persaingan pasar yang ada dari hari kehari. Keberhasilan dalam segmentasi pasar tergantung pada potensi yang mengambarkan permintaan dari lingkungan persaingan, terdapat enam strategi dalam memenuhi permintaan dari lingkungan bersaing yaitu:
a.    Berorientasi pada pelanggan ( customer orientation )
b.    Kualitas (quality), ialah mengutamakan Total Quality Management (TQM) yaitu efektif, efisien, dan tepat.
c.    Kenyamanan (convenience), yaitu memfokuskan perhatian pada kesenangan hidup, kenyamanan, dan kenikmatan.
d.    Inovasi (innovation), yaitu harus berkonsentrasi untuk berinovasi dalam produk, jasa, maupun proses.
e.    Kecepatan (speed),atau disebut juga Time Compression Management (TCM), yang diwujudkan dalam bentuk:
1.    Kecepatan untuk menempatkan produk baru dipasar.
2.    Memperpendek waktu untuk merespon keinginan dan kebutuhan pelanggan (customer response time time).
f.     Pelayanan dan kepuasan pelanggan.
4.    Memilih strategi pemasaran.
Strategi pemasaran merupakan panduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi pemasaran. Kondisi untuk menarik konsumen, wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran ( marketing mix ), yaitu probe, product, price, place, dan promotion.
Bauran Pemasaran
1.      Penelitian dan Pengembangan Pasar
2.      Berorientasi pada Konsumen
3.      Kualitas
4.      Kenyamanan
5.      Inovasi
6.      Kecepatan
7.      Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan
8.      Produk
2.2    Menentukan Harga
Harga merupakan biaya atas pembuatan suatu produk, artinya jumlah pengeluaran dan beban yang diperkenankan, langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang dan jasa di dalam kondisi dan tempat di mana barang tersebut dapat dipergunakan atau dijual. Kumpulan pengorbanan dari faktor produksi sebagai sumber daya ekonomi yang didesain untuk menciptakan barang atau jasa dalam bentuk lain, yang mempunyai nilai guna tinggi. Harga disepakati pada saat transaksi penukaran, merupakan nilai dari produk yang ditukarkan di pasar. Transaksi tersebut menguntungkan atau merugikan, produsen telah menghitung jumlah biaya-biaya (pengorbanan) yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa yang dipertukarkan. Oleh karena itu harga merupakan jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang sampai saat terjadinya transaksi penukaran di pasar.
Harga tepat adalah harga yang dapat dijangkau dan paling efisien bagi konsumen. Wirausaha dapat menciptakan harga yang paling efisien dengan inovasi dan kreativitas. Menetapkan harga yang tepat perlu mempertimbangkan berbagai faktor, tidak sekedar intuisi atau perasaan, tetapi juga berdasarkan informasi, fakta, dan analisis di lapangan. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan harga :
1.      Biaya barang dan jasa.
2.      Permintaan dan penawaran pasar.
3.      Antisipasi volume penjualan produk dan jasa.
4.      Harga pesaing.
5.      Kondisi ekonomi.
6.      Lokasi usaha.
7.      Fluktuasi musim.
8.      Faktor psikologis pelanggan.
9.      Bunga kredit dan bentuk kredit.
10.  Sensitivitas harga pelanggan (elastisitas permintaan).
Selain mempertimbangkan faktor-fakor tersebut, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memberikan harga untuk menarik konsumen :
1.      Menentukan harga dasar dan harga jual barang yang berbeda-beda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan harga, yaitu :
a.       Biaya penjualan dan biaya pembelian barang dari konsumen.
b.      Harga pesaing.
c.       Elastisitas permintaan barang.
Jika terdapat pesaing menjual barang dengan ukuran, sifat, dan jenis barang yang sama dengan barang dan jasa yang dijual, maka produsen dapat memilih strategi sebagai berikut :
a.       Menetapkan harga lebih rendah dari harga pesaing untuk barang-barang, sedang harga barang-barang lain bisa sama atau lebih tinggi. Alternatif lain adalah menyamakan harga pesaing, tetapi dengan kualitas barang dan pelayanan yang berbeda atau lebih baik.
b.      Memberikan kualitas barang yang lebih baik dengan harga yang lebih tinggi.
2.      Memberikan potongan harga yang bervariasi, misal :
a.       Potongan penjualan tunai.
b.      Potongan penjualan dengan pembelian tunai.
c.       Sistem diskon/hadiah.
3.      Memberi keringanan waktu pembayaran, dengan tiga cara :
a.       Pembayaran sebagian di muka.
b.      Pembayaran di belakang.
c.       Pembayaran kredit.
A.    Strategi Pemasaran dalam Menentukan Harga
Strategi pemasaran yang dapat dipilih antara lain :
1.         Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi pemasaran untuk meningkatkan jumlah penjualan barang dan jasa yang sudah ada dengan memperbesar upaya penjualan dan periklanan. Misal, upaya promosi dan iklan yang gencar dilakukan produk-produk jamu, perusahaan-perusahaan rokok, produk makanan dan minuman, dan berhasi meningkatkan angka penjualan.
2.         Pengembangan pasar (market development) mencoba meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk barang dan jasa yang ada pada pasar baru. Posisi strategi ini, yang diperluas bukan upaya penjualan atau promosi, melainkan uapaya untuk mencari pasar baru. Misal, produk-produk AMWAY dan CNI yang dipasarkan melalui jaringan berjenjang (multilevel marketing).
3.         Pengembangan produk (product development) mencoba meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk dan jasa baru kepada pasar yang sudah ada. produk-produk itu dapat merupakan modifikasi dari produk yang sudah ada. misal, produk-produk pakaian wanita dan anak-anak, mobil, komputer, dan elektronik.
4.         Segmentasi pasar (market segmentation) merupakan strategi pemasaran yang terkenal bagi usaha baru, produk dipasarkan berdasarkan segmentasi. Misal, segmentasi berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendapatan dan sebagainya.
B.     Penentuan Harga
Penentuan harga produk baru perlu dilakukan dengan hati-hati. Jika terlalu tinggi, volume penjualan bisa terjadi tidak terlalu tinggi. Sebaliknya bila harga terlalu rendah, maka biaya tidak tertutupi oleh hasil penjualan. Sehingga, dalam menetapkan harga bagi produk baru, wirausaha hendaknya dapat memuaskan tiga tujuan, yaitu :
1.         Menghasilkan produk yang diterima oleh konsumen potensial, berapapun banyaknya.
2.         Memelihara pangsa pasar dengan akibat pertumbuhan pesaing. Jika produk baru berhasil maka pesaing akan masuk ke pasar, dan perusahaan kecil memperluas atau mempertahankan pangsa pasar.
3.         Memperoleh laba. Perusahaan baru harus bertahan agar hasil penjualan lebih tinggi dari biaya produksi.
C.    Harga Barang Konsumsi
Menentukan harga barang-barang yang diproduksi, suatu perusahaan memiliki tiga pilihan harga, yaitu :
1.         Harga di bawah harga pasar untuk produk yang sama.
Strategi penetrasi harga (price penetration) merupakan penetapan harga di bawah harga normal. Kondisi ini dilakukan apabila usaha baru memperkenalkan produk baru ke pasar dan sudah terdapat penjual produk sama dengan persaingan yang tinggi. Posisi ini dimaksudkan agar barang yang dihasilkan diterima oleh pasar. Supaya produk yang dipasarkan berhasil dengan baik, maka produk baru berusaha menekan pasar, untuk mempercepat penguasaan pasar, produk baru harus dijual dengan harga yang relatif rendah, sehingga tercapai volume penjualan yang tinggi. Pengenalan produk biasanya dilengkapi dengan periklanan dan teknik promosi, penjualan khusus, dan potongan harga. Penetapan penetrasi harga dala jangka waktu yang lama supaya diterima konsumen. Tujuan dari penetrasi harga adalah untuk mempertahankan produk baru di pasar.
2.         Harga di atas harga pasar.
Strategi harga skimming (skimming price) merupakan penetapan harga di atas harga normal. Strategi ini digunakan bila memperkenalkan produk baru ke pasar yang terdapat sedikit atau tidak ada pesaing sama sekali. Perusahaan menggunakan taktik apabila pasar terdiri atas sekelompok elit pembeli yang mampu membayar dengan harga tinggi. Perusahaan menetapkan harga di atas harga normal untuk menutup kembali biaya pengembangan awal dan biaya promosi sesegera mungkin serta menghasilkan laba.
Salah satu variasi dan skimming adalah strategi sliding-downthe-demand-curve. Perusahaan baru memperkenalkan produk dengan harga yang tinggi. Kemudian, berdasarkan kemajuan teknologi yang dimiliki mampu menurunkan biaya dengan cepat sehingga menurunkan harga produk lebih cepat dari harga pesaing. Melalui penurunan harga barang dan jasa yang dimiliki akibat kemajuan teknologi, maka perusahaan baru dapat meningkatkan volume penjualan dengan cepat dan merebut pangsa pasar pesaing. Tujuan strategi ini adalah untuk merebut keunggulan bersaing melalui keunggulan teknologi.
3.         Harga sama dengan harga pasar
Strategi follow-the-leader pricing. Strategi ini biasa dilakukan oleh pedagang kecil dengan mengamati berbagai kebijakan harga pesaing dan harga individual dengan meninjau periklanan. Pedagang kecil menggunakan informasi ini untuk mencari peluang.
D.    Harga Barang Industri
1.      Strategi Cost-Plus Pricing
Digunakan untuk barang-barang industri, yaitu dengan menambahkan margin laba yang dikehendaki terhadap biaya-biaya langsung, seperti biaya bahan baku, ongkos tenaga kerja, biaya overhead, penjualan, dan administrasi. Penggunaan strategi cost-plus, harga jual dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Biaya Tenaga Kerja
+
Harga Jual = Bahan Baku               +  Biaya Penjualan dan administrasi          + Margin
+
Overhead
 
 






2.      Biaya Langsung dan Formulasi Harga
Biaya langsung merupakan biaya yang langsung berhubungan dengan volue produksi, misal biaya bahan baku dan upah tenaga kerja. Pemmbiayaan ini tidak termasuk biaya overhead pabrik seperti sewa, penyusutan, dan asuransi. Tabel berikut enggabarkan struktur biaya langsung.

Keterangan                                                                                                                                            Jumlah
Penjualan                                                                                                                                      Rp 100.000.000
Biaya penjualan:
Bahan Baku                                                                 Rp 30.000.000
Tenaga kerja                                                               Rp 20.000.000
Overhead                                                                    Rp. 10.000.000                              Rp 60.000.000
Laba Kotor                                                                                                                                     Rp 40.000.000
Biaya operasional:
Administrasi dan Umum                                        Rp 6.000.000
Penjualan                                                                    Rp 5.000.000
Lain-lain                                                                       Rp. 4000.000                                 Rp 15.000.000
Laba Bersih sebelum Pajak                                                                                                     Rp 25.000.000
 
Laporan Laba Rugi











3.      Penentuan Harga Jual Model Pulang Pokok
Penentuan harga jual dalam model ini dilakukan dengan enghitung besar presentase tertentu dari total penjualan yang digunakan untuk biaya variabel. Berikut salah satu contoh teknik menghitung harga jual model pulang pokok atau titik impas (break even). Misal biaya variabel suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
Bahan Baku                                  Rp 40.000 per unit
Upah Tenaga Kerja                       Rp 50.000 per unit
Biaya Overhead Variabel              Rp 10.000 per unit
Biaya Variabel Total                     Rp 100.000 per unit
 


Berdasarkan contoh di atas, maka harga penjualan minimum sebesar Rp 100.000. apabila harga jual di bawah harga minimum, maka biaya variabel tidak akan tertutupi, untuk menghitung harga penjualan pulang pokok (break even)
E.     Alat Penentuan Harga
1.    Mark-up, merupakan metode penentuan harga dengan cara menambahkan sejumlah biaya tertentu pada penjualan untuk meningkatkan laba, denan rumus:
2.    Analisis pulang pokok digunakan untuk menutup biaya variabel dan biaya tetap, dengan rumus:
F.     Promosi
Barang dan jasa yang diproduksi supaya dikenal, diketahui dan diminta konsumen, maka wirausaha perlu melakukan kegiatan sebagai berikut :
1.         Menginformasikan barang / jasa pada konsumen.
2.         Membujuk konsumen supaya membeli barang / jasa yang dihasilkan.
3.         Mempengaruhi konsumen tertarik terhadap barang / jasa yang dihasilkan.
Kegiatan – kegiatan tersebut dilakukan dengan periklanan dan promosi. Sehingga, promosi merupakan cara mengkomunikasikan barang / jasa yang ditawarkan. Agar konsumen dapat mengenal dan membeli. Sesuai dengan fungsi promosi yaitu menginformasikan (to inform), membujuk (to persuade), mengigat (to remind) dan mempengaruhi (to influence) maka dengan promosi barang dan jasa akan mudah dikenal oleh konsumen.
Beberapa jenis promosi yang dapat dijadikan pertimbangan.
1.         Media, misal media cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, tv, internet, dan lain- lain).
2.         Promosi penjualan, misal melalui pameran dagang, kuis berhadiah, dan lainnya.
3.         Wiraniaga, mempromosikan langsung barang ke konsumen dengan membawa produk.
4.         Pemasaran langsung, langsung menghubungi konsumen.
5.         Humors, yaitu mempublikasikan barang melalui billboard, pamphlet, dan sebagainya.
Strategi tersebut tergantung pada elastisitas permintaan, biaya barang, dan harga yang dimiliki pesaing. Setelah barang dan jasa yang dimiliki pesaing. Setelah barang dan jasa yang diproduksi dikenal dan dibutuhkan konsumen, maka tugas wirausaha adalah:
1.         Mempertahankan pangsa pasar dan volume penjualan.
2.         Mengembangkan pansa pasar dan volume penjualan.
Mempertahankan dan mengembangkan pangsa pasar, wirausaha dapat melakukan langkah- langkah berikut :
1.         Menghargai dan memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen
2.         Menganalisis kelebihan dan kekurangan pemasaran yang di miliki maupun kelebihan dan kelemahan pesaing.
3.         Mencari strategi untuk menyerang market leader.
G.    Pemasaran Usaha Baru
         Apabila belum mengetahui barang atau jasa yang akan dijual, terlebih dahulu harus melakukan suvei untuk mendapatkan informasi mengenai :
1.      Peluang Pasar
      Peluang Pasar dapat dilihat dengan cara mengamati konsumen. Fokus pengamatan terhadap konsumen adalah :
a.         Barang dan jasa yang paling dibutuhkan konsumen
b.        Beberapa banyak yang dibutuhkan
c.         Kualitas yang paling tepat
d.        Berapa banyaknya
2.      Tempat yang Tepat
      Menempatkan barang dalam pasar yang cocok. Misal, ditempat ramai dan dikunjungi orang seperti ditempat pariwisata, pasar umum, dekat lalu lintas jalan raya, dan sebagainya.
3.      Banyak Barang yang Dibutuhkan
      Beberapa volume : barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen rata- rata perhari (dengan perkiraan).
4.      Target yang hendak Dicapai
      Misal, untuk mengajr keuntungan, untuk meraih pelanggan rutin, untuk meraih pelanggan temporer, atau hanya sekedar laku terjual dalam rangka meraih konsumen baru.

2.3    Perluasan Usaha
Ditinjau dari aspek ekonomi, perlu adanya penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan yang berkaitan dengan perluasan usaha yang akan datang, terutama terkait dengan jumlah konsumen (prospective customers). Berarti produk yang dihasilkan ada pembelinya, tetapi jumlah pembeli tersebut cukup atau tidak dengan mempertimbangkan faktor pesaing, sekaligus sebagai dasar pertimbangan dari segi penawaran (supplay side). Termasuk bahan baku yang memadai, teknologi, tersedianya tenaga kerja, peraturan pemerintah, budaya, juga merupakan faktor yang harus dipertimbangkan.
Peningkatan ekonomis dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Kondisi ini dapat dilakukan apabila perluasan usaha akan menurunkan biaya jangka panjang, berarti mencapai skala ekonomis (economics of scale). Sebaliknya, apabila peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang (diseconomics of scale), maka kondisi ini tidak baik untuk dilakukan. Jika produk barang dan jasa sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, karena akan mendorong kenaikan biaya.
Berdasarkan kejadian tersebut, maka skala usaha ekonomi akan terjadi apabila perluasan usaha atau peningkatan output menurunkan biaya jangka panjang. Skala usaha tidak ekonomis terjadi apabila perluasan usaha atau peningkatan output menaikkan biaya jangka panjang. Apabila terjadi skala usaha yang tidak ekonomis, wirausaha dapat meningkatkan usaha dengan memperluas cakupan usaha, karena skala ekonomis menunjukkan pengurangan biaya perusahaan akibat kenaikan output, maka kurva pengalaman atau kurva belajar menunjukkan pengurangan biaya yang muncul akibat kenaikan volume secara kumulatif. Misal terdapat penurunan biaya dari 15 hingga 45 persen sebagai akibat dari kenaikan output kumulatif dua kali lipat.
A.      Perluasan Usaha
Perluasan usaha dilakukan dengan menambah jenis usaha, produk, dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta dengan teknologi yang berbeda. Misal usaha angkutan kota diperluas dengan usaha jasa bus pariwisata, usaha jasa Pendidikan diperluas dengan usaha jasa pelatihan dan kursus-kursus, dengan demikian lingkup usaha ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah “lebih kecil” dari penjumlahan biaya produksi masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah. Perluasan cakupan usaha bisa dilakukan apabila wirausaha memiliki permodalan yang cukup. Sebaliknya, apabila lingkup usaha tidak ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha yang tidak ekonomis, dimana biaya produksi total bersama dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah “lebih besar” dari penjumlahan biaya produk pada masing-masing jenis produk itu apabila diproduksi secara terpisah, sebagai contoh seorang wirausaha yang memproduksi barang P dengan biaya sebesar C(P) memperluas usaha dengan cara mengakuisisi atau menggabungkan perusahaan yang menghasilkan barang M dengan besar biaya C(M). Posisi tingkat produksi sama diperlukan biaya produksi total bersama sebesar C (P, M). Kasus ini melingkupi usaha ekonomis terjadi apabila biaya bersama kurang dari jumlah biaya apabila produk dihasilkan masing-masing atau C (P, M) < C(P) + C(M), dengan derajat lingkup usaha ekonomis DE.
Text Box: Derajat Ekonomis (DE) =  (C(P)+C(M)-C(P,M))/(C(P,M))
 





Bersama C (P, M), maka semakin tinggi derajat ekonomis (DE) sehingga lingkup usaha dikatakan ekonomis, atau suatu lingkup usaha dikatakan ekonomis, apabila C (P, M) < C(P) + C(M) dan DE bernilai positif (DE > 0). Sebaliknya suatu lingkup usaha dikatakan tidak ekonomis apabila C (P, M) > C(P) + C(M) dan DE bernilai negatif (DE < 0). Memperluas skala ekonomi atau lingkup ekonomi, apabila pengetahuan usaha dan permodalan cukup, wirausaha dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan lain melalui usaha patungan (joint venture) atau kerja sama manajemen melalui sistem kemitraan.
B.       Manajemen Strategi Manajemen
1.      Manajemen Kewirausahaan
Wirausaha menggunakan proses inovasi sebagai alat pemberdayaan sumber – sumber untuk menciptakan suatu nilai barang dan jasa. Proses inovasi dikendalikan oleh kreativitas. Kreativitas merupakan mata rantai antara pengetahuan pengenalan cara baru untuk mengkombinasikan sumber – sumber dan proses pengembangan pengetahuan secara sistematis ke dalam suatu inovasi yang digunakan di pasar. Inovasi bahkan dipandang sebagai penciptaan sumber – sumber yang berbentuk penemuan kegunaan suatu dalam alam.
Manajemen kewirausahaan menyangkut semua kekuatan perusahaan yang menjamin bahwa usaha betul – betul eksis. Apabila usaha baru ingin berhasil, maka wirausaha diharapkan memiliki empat kompetensi, yaitu :
a.         Fokus pada dasar, bukan pada teknologi
b.        Buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayai perusahaan.
c.         Bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a “one-person” show)
d.        Berikan peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu
Apabila manajemen kewirausahaan menyangkut lingkungan perusahaan (keputusan – keputusan taktis), maka “strategi kewirausahaan” menyangkut kesesuaian kemampuan internal dan aktivitas perusahaan dengan lingkungan eksternal, dimana perusahaan haru bersaing dengan menggunakan keputusan – keputusan strategik. Melakukan strategi usaha, dapat menggunakan strategi dari empat strategi berikut :
a.         Berada petam di pasar dengan produk dan jasa baru
b.        Posisikan produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar (niche market) yang tidak terlayani
c.         Fokuskan barang dan jasa pada relung yang kecil tetapi bisa bertahan
d.        Menguubah karakteristik produk, pasar atau industri
Strategi pertama sering dipilih oleh wirausaha, meskipun paling beresiko. Setelah strategi pertama sukses, maka strategi kedua mempertahankan posisi kepemimpinan pasar (market leader). Strategi ketiga, menyangkut pengembangan keterampilan untuk menanggapi peluang yang diciptakan oleh perusahaan berbeda di pasar pertama. Sering terjadi adalah banyak peniru memperbaiki atau memodifikasi barang dan jasa untuk menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi pembeli. Wirausaha perlu memindahkan daya saing ke segmen pasar lain dengan mendominasi segmen pasar kecil yang dipandang perusahaan besar tidak memiliki peluang. Strategi keempat, perubahan karakteristik produk, pasar, atau industri yang berbasis pada inovasi. Strategi ini dilakukan dengan mengubah produk dan jasa yang sudah ada, misal mengubah manfaat, nilai, dan karakteristik ekonomi lain. Strategi ini menciptakan inovasi dengan salah satu cara sebagai berikut :
a.       Menciptakan manfaat
b.      Meningkatkan nilai inovasi
c.       Berdaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan
d.      Menyajikan apa yang dianggap bernilai oleh pelanggan
Perusahaan dapat bersaing apabila secara konsisten dan berkesinambungan memperbaiki produk, barang dan jasa atau proses itu sendiri.
2.      Strategi Kewirausahaan
Perusahaan kecil berhasil secara berkesinambungan dan dapat bersaing secara unggul dalam bidang teknik, produk, dan memiliki cakupan distribusi geografis pasar ygn terbatas. Beberapa keputusan strategis yang diperlukan dalam kondisi pertumbuhan, diantaranya adalah :
a.         Perubahan produk barang dan jasa. Produk barang dan jasa baru yang diinginkan oleh pelanggan, perubahan kebutuhan pelanggan dapat ditentukan atau tidak.
b.        Strategi penetrasi pasar, ekspansi pasar, diversifikasi produk dan jasa, integrasi regional, atau ekspansi usaha. Pasar dapat dicapai menggunakan strategi apa, posisi strategi perusahaan harus diperbaiki seperti apa, dan peluang macam apa yang akan diambil.
c.         Kemampuan memperoleh modal investasi dalam penelitian dan pengembangan, proses produksi dan penggantian peralatan, dan dalam rangka penambahan sumber daya manusia. Berapa modal yang diperlukan untuk investasi dan dari mana sumbernya.
d.        Analisis sumber daya manusia, sehingga memiliki ketrampilan yang unik untuk mengimplementasikan strategi. Bagaimana sumber daya manusia itu dapat dikembangkan agar perusahaan menjadi semakin sukses di pasar.
e.         Analisis pesaing baik yang ada maupun yang potensial untuk memantapkan strategi bersaing. Keputusan didasarkan pada perilaku, sumber daya, dan komitmen yang dimiliki pesaing di masa lalu. Mengumpulkan informasi terhadap pesaing akan menanggapi strategi yang diterapkan atau tidak. Memerlukan kemampuan dan perencanaa atau tidak dalam mengantisipasi pesaing.
f.          Kemampuan menopang keunggulan strategi perusahaan dan memodifikasi strategi dalam menghadapi perubahan permintaan pelanggan dan perilaku strategi persaingan baru. Perusahaan apakah akan selalu mempertahankan keunggulan strategi tersebut selamanya atau tidak.
g.        Penentuan harga barang atau jasa jangka pendek dan jangkan panjang. Keputusan penentuan harga apakah sudah dibandingkan dengan strategi lain atau belum. Analisis elastisitas permintaan untuk setiap pasar apakah sudah dipahami.
h.        Interaksi perusahaan dengan masyarakat luas. Terdapat interaksi strategik atau tidak untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
i.          Pengaruh pertumbuhan perusahaan yang tepat terhadap aliran kas. Pertumbuhan perusahaan apakah menimbulkan masalah likuiditas atau tidak.
3.      Strategi Pemimpin Pasar
Apabila perusahaan telah memiliki peluang pasar besar seperti pada masa pertumbuhan, maka strategi yang perlu diperhatikan adalah :
a.         Bersikap menyerang dan agresif untuk mempertahankan, pangsa pasar. Wirausaha harus siap memperbaiki strategi bersaing agar dapat mempertahankan reputasi terbaik pada pelanggan.
b.         Bersikap bertahan dan tidak terlalu agresif. Posisi semacam ini, setiap departemen secara efektif menemukan keunggulan bersaing dan secara bertahap dapat membangun hambatan masuk ke segmen pasar yang dipilih untuk bersaing.
c.         Tidak boleh ada anggapan bahwa perusahaan yang berhasil tidak memiliki tantangan. Perusahaan yang pasif mempertahankan pasar akan selalu mengundang pesaing untuk memasuki pasar.
d.         Kegagalan dalam mempertahankan strategi akan memperlemah perusahaan dalam menanggaoi serangan dan pesaing. Apabila terjadi demikian, maka pesaing akan menjadi pemimpin pasar yang baru
4.      Strategi Bukan Pemimpin Pasar
Perusahaan memasuki tahap pertumbuhan memiliki posisi kuat (bukan pemimpin pasar) di pasar, memiliki strategi tertentu. Strategi ini bukan untuk bersaing dengan pemimpin pasar, ini dilakukan dengan cara :
a.    Agresif menggunakan kompetensi terbaik untuk meraih peluang pasar sehingga tidak ditandingi oleh pesaing. Wirausaha memposisikan diri dalam segmen pasar kecil sebagai pemain yang paling dominan. Wirausaha membangun dan mempertahankan hubungan secara terbuka dengan para pelanggan. Posisi semacam ini memunculkan peluang dan selalu memperkuat hubungan melalui pelayanan yang istimewa atas kebutuhan pelanggan.
b.    Mengembangkan strategi sebagai pengikut. Kondisi ekonomi yang baik, perusahaan yang mengikuti strategi ini bisa berhasil. Ancaman untuk strategi ini adalah jika pelanggan tidak lagi memandang perusahaan pemasok sebagai pilihan pertama. Selain itu, pasar dengan produk dan jasa sejenis buka pasar yang menarik untuk persaingan.
5.      Strategi Lain
a.    Pertahanan bersaing
Supaya dapat bersaing, pengembangan produk dan perluasan pelayanan perusahaan selalu dinamis dan memposisikan perusahaan dalam keadaan kritis. Perusahaan selalu inovatif dan memperbaiki keberhasilan di masa lalu atau memperbaiki produk yagn pertama kali dihasilkan, sebab jika tidak akan ditinggal oleh pasar.
b.    Mencoba produk yang menjadi “andalan utama baru”, dan tidak berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan produk yang sudah ada. Keberhasilan perusahaan seperti 3M (Man, Material, Market) tetap mendominasi posisi pasar melalui pengenalan produk baru secara berkesinambungan.
c.    Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manager kunci dan ahli teknik profesional yang selalu diikutsertakan dalam pembentukan keberhasilan perusahaan. Tidak mudah untuk menempatkan kembali kemampuan individual yang cakap. Sehingga kehilangan seseorang yang cakap dan dianggap kunci dapat menghancurkan keunggulan perusahaan dalam persaingan.
6.      Memelihara Semangat Wirausaha
Mendorong perilaku kretif supaya wirausaha memperoleh keuntungan dipasar dapat dilakukan seperti berikut :
a.    Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan khususnya tentang alasan mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari pelanggan.
b.    Mendidik wirausaha tentang nilai – nilai perbaikan produk dan pemasaran, tentang proses distribusi dan perbaikan teknik produksi untuk dapat bersaing.
c.    Menciptakan iklim kerja yang positif mendorong tercapainya ide – ide baru. Berdasarkan iklim yang kondusif, enterpreneur lebih kreatif dalam mentransformasikan ide – ide. Enterpreneur secara ideal adalah individu – individu yang bertanggung jawab dalam bidang pemasaran, teknologi, dan keuangan. Pelaku tersebut adalah para pencipta dan inovator pada perusahaan orang lain.
C.      Perencanaan Usaha
Perencanaan usaha sebagai langkah awal dalam memulai usaha memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pedoman untuk mecapai keberhasilan manajemen dan sebagai alat mengajukan kebutuhan permodalan. Perencanaan biasanya memuat unsur – unsur ringkasan eksekutif, sejarang perusahaan, profil usaha, strategi usaha, barang dan jasa yang dihasilkan, strategi pemasaran, analisis pesaing, ringkasan pemilik, rencana operasi, data keuangan, proposal pinjaman, dan jadwal pelaksanaan.
Selain perencanaan, wirausaha juga mencari sumber keuangan. Terdapat dua sumber keuangan, yaitu internal perusahaan (terdiri atas cadangan, dana perusahaan, dan laba ditahan), dan sumber eksternal perusahaan (terdiri atas dana dari pemilik, dari pinjaman atau kredit negara lain). Kunci utama dalam perusahaan adalah pemasaran. Pemasaran merupakan suatu kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, menentukan tingkat harga, mempromosikan agar produk dikenal konsumen, dan mendistribusikan produk ke tempat konsumen supaya barang disukai, dibutuhkan, dan dibeli konsumen.
Terdapat lima strategi untuk memenuhi permintaan konsumen, yaitu :
1.      Berorientasi pada pelanggan
2.      Mengutamakan kualitas
3.      Memfokuskan perhatian pada kesenangan hidup
4.      Berorientasi pada inovasi
5.      Mempercepat waktu baik dalam menempatkan produk baru maupun dalam menanggapi keinginan konsumen
Terdapat empat strategi yang digunakan wirausaha dalam menghadapi lingkungan eksternal, yaitu :
1.      Berada pertama di pasar dengan produk dan jasa baru
2.      Memposisikan produk dan jasa tadi dalam relung yang tidak terlayani
3.      Memfokuskan produk dan jasa tadi pada relung yang kecil tapi bisa bertahan
4.      Mengubah karakteristik produk, pasar, dan ndustri
Wirausaha yang berfungsi sebagai manager perusahaan, memiliki kompetensi :
1.      Berfokus pada pasar bukan pada teknologi
2.      Meramal pendanaan untuk menghindari tidak terdanai perusahaan
3.      Membangun tim managemen
4.      Memberikan peran khusus bagi penemu
Berdasaran kompetensi tersebut, seseorang diharapkan bisa memelihara semangat wirausaha melalui dorongan perilaku kreatif.
2.4    Kompetensi Kewirausahaan
Kesinambungan hidup perusahaan tergantung pada ketahanan wirausaha dalam meraih keunggulan bersaing melalui strategi yang dimiliki. Colin Montgomery (1998:5), strategi perusahaan adalah cara-cara perusahaan menciptakan nilai melalui konfigurasi dan koordinasi aktivitas multipemasaran.
Manajemen perusahaan modern telah terjadi pergeseran strategi, dari strategi memaksimalkan keuntungan pemegang saham (mencari laba perusahaan) menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang berkepentingan dalam perusahaan (stakeholder), yaitu individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan, bukan hanya pemegang saham, tetapi juga karyawan, manajemen, pembeli, masyarakat, pemasok, distributor, dan pemerintah. Konsep laba tidak dapat dikesampingkan dan merupakan alat yang penting bagi perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi pemilik kepentingan.
Laba perusahaan merupakan cermin dari kinerja manajemen strategis yang berhasil memuaskan pemilik kepentingan. Tugas manajemen strategis adalah menciptakan laba yang bias dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi pemilik kepetingan. Albert Widjaja (1993), laba perusahaan merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan, tetapi bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan, karena jika tidak memperoleh laba, maka perusahaan tidak dapat memberikan kenaikan gaji, membagikan dividen kepada pemegang saham, memperluas usaha, dan membayar pajak (J. Supranto, 1993:5)
Perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan, missal dengan “reputasi rendah” dan biaya produksi yang rendah. Kompetensi khusus ini dikembangkan terus secara dinamis, jika tidak diubah maka tingkat keuntungan perusahaan bisa menurun.
Perusahaan harus menciptakan daya saing khusus untuk memperkuat posisi tawar-menawar dalam persaingan, serta untuk menampung tuntutan persaingan di pasar yang berasal dari para pemasok, pembeli, ancaman pendatang baru, produk pengganti, dan tantangan gencar lain dari pesaing. Berdasarkan strategi ini, perusahaan mencari pasar kuat berbiaya rendah yang harus menjadi senjata utama dalam persaingan. Mintzberg (1990) dalam teori "design school perusahaan harus mendesain strategi perusahaan yang cocok antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman pada pilihan alternatif dari "strategi besar" (grand strategy), kemudian didukung dengan menumbuhkan kapasitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari pengelolaan sumber daya perusahaan. Kompetensi tersebut diciptakan melalui strategi generik milik Porter, seperti strategi biaya rendah, diferensiasi, dan fokus serta didukung oleh nilai-nilai budaya yang relevan. Teori kompetensi inti sebenarnya sering dikemukakan para ahli seperti Gary Hamel, C. K. Prahalad, dan H. Mintzberg.
Gary Hamel dan C. K. Prahalad dalam karyanya "Competing for the Future" (1994) mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti sebagai berikut:
  1. Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan daiam serangkaian produk atau jasa.
  2. Kompetensi inti adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki perusahaan untuk bersaing.
  3. Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
  4. Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan bersaing dan memberikan kontribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.
Menurut Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan krisis eksternal, perusahaan kecil dapat menggunakan teori : strategi berbasis sumber daya” (resource-based strategy). Teori ini dinilai potensial untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika berada dalam situasi eksternal yang bergejolak, misal dalam keadaan krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia seperti saat ini, mengutamakan pengembangan kapabilitas internal yang unggul, tidak transparan, sukar ditiru oleh pesaing, memberi daya saing jangka panjang yang melebihi tuntutan pasar saat ini, dan kebal terhadap resesi. Sumber daya perusahaan berupa tanah, teknologim tenaga kerja (termasuk kapabilitas dan pengetahuan), modal, dan kebiasaan rutin dapat dikelola secara khusus untuk memperoleh keuntungan yang terus-menerus dari pesaingan. Menurut “teori berbasis sumber daya” (resource-based theory) yang dikutip oleh Schoemaker (1980), pusat perhatian perusahaan dalam menciptakan keunggulan daya saing untuk mencri keuntungan besar yang dikemukakan Poter (1985) merupakan startegi jangka pendek dan statis, karena untuk meraih keuntungan berkesinambungan yang diperlukan adalah daya saing jangka panjang (Albert Wijaya, 1993:47). Meraih keuntungan berkesinambungan perusahaan berusaha mencari dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal dan dapat diubah menjadi peluang produktif yang unik, diantaranya melalui pencarian ide-ide baru atau wawasan manajemen yang lebih luas secara terus-menerus. Perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber daya yang lebih baik, diantaranya dengan:
  1. Pola organisasi dan administrasi yang baik.
  2. Perpaduan asset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dana lam, serta asset tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif (Penrose, 1985) dan keterampilan manajerial.
  3. Budaya perusahaan.
  4. Proses kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru.
Teori strategi dinamis maupun strategi berbasis sumber daya, sangat relevan jika diterapkan dalam pembangunan perusahaan kecil di Indonesia yang dihadapkan pada persaingan bebas dan krisis ekonomi berkepanjangan seperti saat ini. Perhatian utama diletakkan pada keunggulan daya saing untuk menciptakan nilai tambah tinggi melalui potensi sumber daya alam (local) yang ada dan kapabilitas sumber daya manusia dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan tinggi. Menggunakan startegi berbasis sumber daya, dunia usaha Indonesia akan bangkit dan berusaha untuk menciptakan kapabilitas khusus dari sumber daya internal perusahaan serta tidak dari sumber daya internal perusahaan serta tidak lagi terlalu mengandalkan startegi kekuatan pasar seperti monopoli dan fasilitas pemerintah. Perusahaan kecil bias tumbuh cepat bila berani berpikir kreatif dan mengetahui cara mengembangan sumber daya internal secara kreatif.
Konteks persaingan global, perusahaan kecil harus mengalihkan strategi pada penggunaan sumber daya internal. Strategi pengembangan perusahaan mengarahkan pada keahlian khusus secara internal yang bias menciptakan produk unggul untuk memperbesar pangsa produksi. Kondisi ini dapat dilakukan melalui pangsa produksi (manufacturing share), yaitu perusahaan yang muncul pada berbagai produk dan mempunyai berbagai komponen penting yang sama serta tidak mencari pangsa pasar pada produk konsumen akhir seperti masa lalu. Strategi berbasis sumber daya ini menurut Albert Widjaja (1993:47), lebih murah dan ampuh karena usaha kecil bisa dimanfaatkan sumber daya alam dan tenaga kerja lokal.
Berdasarkan teori berbasis sumber daya dapat disimpulkan bahwa, dalam konteks persaingan bebas, pelaku wirausaha harus menggunakan strategi pengelolaan usaha. Strategi pengembangan perusahaan, baik yang baru maupun yang sudah lama harus mengarah pada penggunaan sumber daya internal dengan mengarah pada keahlian khusus yang bisa menciptakan produk unggul untuk memperbesar pangsa pasar produk pada produ konsumen akhir. Wirausaha dapat lebih berkembang dalam persaingan lokal, nasioanl, maupun internasional.
Strategi Bersaing
Konsep strategi pemasaran terdapat istilah (marketing mix) yang dikenal dengan 4P, yaitu :
1.      Barang dan jasa (product)
2.      Harga (price)
3.      Tempat (place)
4.      Promosi (promotion)
Kewirausahaan memiliki 4P ditambah dengan satu P, yaitu probe (penelitian dan pengembangan) sehingga menjadi 5P. Riset pemasaran selalu menambahkan probe  pada awal sehingga urutan bauran pemasaran menjadi:
1.      Penelitian dan pengembangan (probe)
2.      Barang dan jasa (product)
3.      Harga (price)
4.      Tempat (place)
5.      Promosi (promotion)
Penelitian dan pengembangan dalam kewirausahaan merupakan strategi utama karena memiliki keterkaitan dengan kreativitas dan inovasi, didalamnya tercakup penelitian dan pengembangan produk, harga, tempat, dan promosi. Wirausaha berkembang dan berhasil karena memiliki kemampuan penelitian dan pengembangan yang memadai sehingga tercipta barang-barang yang bernilai dan unggul di pasar. Manajemen strategi yang baru, Mintzberg mengemukakan 5P sama artinya dengan strategi, yaitu perencanaan (plan), pola (patern), posisi (position), perspektif (perspective), dan permainan atau taktik (play).
1.      Strategi Perencanaan
Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai tujuan di masa depan, tetapi tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan. Strategi menyangkut juga segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misal pola-pola perilaku bisnis yang telah dilakuka di masa lampau. Contoh, McDonald’s selama bertahun-tahun telah memegang teguh  dan secara konsisten melaksanakan prinsip kualitas, pelayanan, dan kebersihan, ini menjadi kunci strategi perusahaan McDonald’s. Mercedes sejak awal secara konsisten menjual mobil untuk segmen pasar tingkat atas atau yang disebut dengan ­high-end strategy.
2.      Strategi Pola
Menurut Mintzberg, strategi adalah pola yang selanjutnya disebut sebagai intended strategy, karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut juga sebagai realized strategy karena telah dilakukan oleh perusahaan.
3.      Strategi Posisi
Definisi strategi ketiga menurut Mintzberg strategi adalah posisi yaitu memosisikan produk tertentu ke pasar tertentu. Perusahaan rokok Marlboro dan Sampoerna Mild merupakan perusahaan rokok yang paling serius mempromosikan produk di Indonesia. Masing-masing mempunyai strategi posisi yang berbeda di pasaran. Marlboro memosisikan diri sebagai rokok kaum pria sejati yang menyukai tantangan alam seperti digambarkan melalui iklan-iklan, sedang A Mild lebih ditujukan kepada kaum muda sehingga produk rokok dibuat berkadar tar dan nikotin ringan. Strategi sebagai posisi menurut Mintzberg cenderung melihat ke bawah, yaitu ke satu titik bidik dimana produk tertentu bertemu dengan pelanggan, dan melihat ke luar yaitu menuju berbagai aspek lingkungan eksternal.
4.      Strategi Perspektif.
Strategi keempat adalah perspektif. Jika dalam perspektif kedua dan ketiga cenderung melihat ke bawah dan ke luar, maka sebaliknya dalam perspektif cenderung lebih melihat ke dalam, yaitu ke dalam organisasi, dan ke atas, yaitu melihat visi utama dari perusahaan.
5.      Strategi Permainan
Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya lawan atau pesaing. Suatu merek, misal meluncurkan merek kedua agar posisi tetap kukuh dan tidak tersentuh karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang melawan merek kedua tadi.
BAB III
ANALISIS PADA USAHA TIARA BAG KUDUS
3.1    Profil Usaha Tiara Bag Kudus
3.1.1   Sejarah Industri Tiara Bag Kudus
Awal mulanya Bpk H. Rifa’i bekerja menjahit tas dibawah pimpinan orang lain atau menjadi karyawan di sebuah usaha konveksi tas, selama bekerja hasil gaji dari menjahit tesebut di tabung sedikit demi sedikit. Lalu Bpk H. Rifa’i beserta istri Ibu Hj. Noor Hidayah mencoba membeli bahan-bahan untuk membuat tas sendiri yang antara lain adalah kain, benang dan beberapa kain perca yang diambil dari tempat kerjanya tersebut. Dan akhirnya pada tahun 1996, Bpk. H. Rifa’i beserta istrinya mencoba membuka usaha tas sendiri dengan modal pertama kali dari tabungan yang telah dikumpulkan selama bekerja. Tambahan modal juga dibantu oleh keluarga serta saudara-saudaranya yang keturunannya dari keluarga pengusaha. Setelah beberapa lama kemudian, beliau mempunyai karyawan sedikit demi sedikit yang tak lain di ambil dari tetangga rumah sendiri dan sekitar Kudus.
Nama konveksi Tiara Bag Kudus tersebut pemberian dari saudara Bpk. H. Rifa’i dan akhirnya di patenkan menjadi merek dagang yang legal di Jakarta Pusat. Proses pembuatan tas ini bukan hanya di Peganjaran saja. Ada juga sub atau cabang yang berada di daerah Gebog, tapi disana hanya proses penjahitan saja. Dan karena giatnya Bpk. H. Rifa’i beserta istrinya dalam menekuni bisnis tersebut, akhirnya sekarang menjadi konveksi tas yang sudah cukup besar yang pemasarannya tidak hanya dalam lingkup pulau Jawa saja, namun juga Luar Jawa serta seluruh Nusantara.
3.1.2   Jenis Usaha
Usaha yang di rintis serta di kembangkan oleh Bpk. H. Rifa’i beserta istrinya sejak tahun 1996 ini bergerak pada bidang konveksi tas yaitu tas sekolah dengan berbagai model. Beragam dari tas sekolah tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.      Tas punggung
2.      Tas slempang
3.1.3   Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang diterapkan di Tiara Bag Kudus ini masih sangat sederhana, Bpk. H. Rifa’i sebagai pemilik sekaligus manajer umkm tersebut. Yang dibantu oleh istri, Ibu Hj. Noor Hidayah beserta anaknya, Rizal. Namun demikian, tidak hanya keluarga yang menjadi pengurus organisasi tersebut, ada juga karyawan yang menjadi tangan kanan atau orang yang dipercaya oleh pemilik atau Bpk. H. Rifa’i, yang bertugas mengelola produksi, membantu mencapai tujuan dari umkm tersebut serta menggantikan peran manajer jika Bpk. H. Rifa’i sedang mempunyai kepentingan lain. Peran istri serta anaknya juga hampir sama seperti tangan kanan, karena mempunyai tugas yang sama, serta mengontrol produksi setiap harinya agar selama produksi berlangsung berjalan sesuai dengan target serta kebutuhan pasar atau permintaan pasar. Jadi pengontrolan produksi dilakukan oleh semua pihak, Bpk. H. Rifa’i, tangan kanannya, istri serta anaknya maupun seluruh karyawan. Oleh sebab itu, umkm Tiara Bag Kudus yang masih tergolong industri menengah ini mempunyai struktur organisasi yang sederhana dan tidak terlalu rumit. Dengan pembagian tugas bagi pengurus maupun karyawan yang relevan sederhana. Namun demikian, tidak terjadi permasalahan organisasi yang besar, karena dengan pembagian tugas tiap lini pekerjaan tersebut sudah memenuhi target yang diharapkan dan mampu memenuhi permintaan pasar.
3.1.4   Tenaga Kerja dan Sistem Penggajian
A.    Perekrutan Tenaga Kerja
Perekrutan karyawan di Tiara Bag Kudus ini tidak mempunyai kualifikasi khusus seperti perusahaan besar. Yang menjadi syarat di Tiara Bag Kudus ini hanya keahlian menjahit yang khusus bagian penjahitan untuk pekerja harian, giat dalam bekerja dengan tujuan mencapai target yang telah ditentukan. Usia juga tidak dipermasalahkan, karyawan di Tiara Bag Kudus ini berusia mulai dari 17 tahun hingga 40 tahun. Yang terpenting, mampu mencapai target yang telah ditentukan oleh manajer. Terkhusus untuk karyawan baru sebelum mulai bekerja diberikan training atau pelatihan singkat yang bertujuan hanya untuk menguji keahlian karyawan baru tersebut serta ketelitian atau kerapian dalam menjahit. Sehingga di Tiara Bag Kudus ini tidak ada karyawan yang baru belajar menjahit atau yang lain, karena memang sudah mempunyai pengalaman di pekerjaan sebelumnya. Mayoritas karyawan di Tiara Bag Kudus ini berasal dari tetangga rumah atau tempat produksi sendiri dan sekitar Kudus.
B.     Pembagian Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau karyawan yang dipekerjakan di Tiara Bag Kudus berjumlah sekitar 72 orang yang terbagi atas 4 kelompok kerja. Dalam mendesain pekerjaan pada karyawan di Tiara Bag Kudus yaitu membagi kelompok kerja sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan. Seluruh karyawan dibebankan tanggung jawab untuk mencapai target yang telah di tentukan.
Di UMKM Tiara Bag Kudus ini pembagian kelompok kerja menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.      Bagian Pemotongan
Bagian pemotongan kain ada 4 orang. Yang mana setiap karyawan melaksanakan tugasnya setiap hari dengan jumlah target atau potongan yang sudah ditentukan oleh manajer.
Tugasnya yaitu memotong kain sisa serta kain pelengkap yang dibutuhkan. Prosedurnya yaitu sebelum kain di potong, di gambar pola terlebih dahulu kemudian pola tersebut di tempelkan ke kain dan di potong sesuai dengan pola tas tersebut. Kemudian selanjutnya diberikan kepada bagian penjahitan.
2.      Bagian Penjahitan
Bagian penjahitan ada 60 orang yang terbagi di dua tempat yaitu di Peganjaran dan Gebog. Di tempat produksi Peganjaran hanya ada 15 penjahit saja, sisanya di sub cabang produksi di Gebog dan yang dibawa ke rumah masing-masing. Bagi penjahit yang membawa bahan produksi ke rumah masing-masing akan dicatat seberapa banyak kain yang diambil yang kemudian di sroe harinya akan disetorkan sesuai dengan bahan atau kain yang sudah di ambil pagi harinya. Hasil produksi yang dihasilkan harus sinkron dengan kain yang diambil.
Tugasnya yaitu menjahit kain yang sudah dipotong, menyatukan potongan-potongan kain membentuk model tas yang diproduksi. Kemudian selanjutnya diberikan kepada bagian pelengkapan askesoris.
3.      Bagian Pelengkapan
Bagian pelengkapan disini digabung dengan bagian packing, yang berjumlah 8 orang. Pelengkap yang dimaksud berupa melengkapi aksesoris agar tas lebih menarik lagi sesuai desain tas yang di inginkan.
Tugasnya yaitu melengkapi tas dengan aksesoris seperti caci tas, merek dagang, serta komponen lain yang diperlukan sesuai dengan model tas yang sudah dibuat. Bagian pelengkapan disini juga sekaligus pengecekan terakhir bagaimana kondisi tas apakah sudah layak dipakai atau belum. Kemudian selanjutnya diberikan kepada bagian pengemasan (packing).
4.      Bagian Pengemasan (Packing)
Bagian pengemasan ada 8 orang yang digabung dengan bagian pelengkap seperti yang sudah tertera di atas.
Tugasnya yaitu mengemas produk tas dengan plastik yang sudah disediakan, yang kemudian dihitung per lusin. Dan produk tas siap dipasarkan ke pasar dan berbagai daerah.
Jam kerja karyawan yang telah ditentukan serta disetujui oleh karyawan dimulai pada pukul 08:00 hingga pukul 16:00 WIB. Walaupun jam kerja sudah ditentukan, Bpk. H. Rifa’I memberikan toleransi kepada karyawan yang sudah berkeluarga karena harus melakukan pekerjaan rumah terlebih dahulu. Toleransi waktu yang diberikan hingga 08:30 WIB. Jika tidak mematuhi aturan yang telah dibuat, maka akan diberikan peringatan lisan secara pribadi. Jika permintaan pasar meningkat, karyawan akan lembur hingga pukul 21:00 WIB. Dan untuk jam kerja lembur, tidak diharuskan seluruh karyawan, yang berminat saja. Kecuali jika memang permintaan pasar serta penjualan produk sangat tinggi, akan di pekerjakan banyak karyawan untuk lembur. Seperti pada saat menjelang kenaikan kelas di sekolah baik dimulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA), permintaan pasar akan meningkat sangat tinggi.
C.    Fasilitas Tenaga Kerja
Diperusahaan besar semua tenaga kerja atau karyawan pasti akan menerima fasilitas yang diberikan oleh perusahaan yang telah disetujui sejak awal penerimaan karyawan baru. Begitu juga di umkm Tiara Bag Kudus, karyawan diberikan fasilitas yang cukup baik untuk kalangan industri rumahan golongan menengah. Fasilitas yang diberikan yaitu mess atau penginapan, tidak semua karyawan menikmati fasilitas ini, hanya beberapa karyawan saja yang tempat tinggalnya lumayan jauh. Sehingga tidak dikhawatirkan karyawan tersebut terlambat bekerja. Karyawan yang mess di Tiara Bag Kudus berjumlah 3 orang saja. Dan penginapan ini tidak dipungut biaya sama sekali yang dilengkapi dengan kasur lantai serta televisi.
D.    Sistem Penggajian
Gaji yang diberikan kepada karyawan sangat diperhitungan dengan melihat bagaimana kinerja dalam produksi secara adil. Penggajian setiap bagian kelompok kerja berbeda-beda, yaitu:
1.      Bagian Pemotongan
Gaji yang diperoleh sesuai dengan jumlah kain yang di potong per minggu yaitu Rp 10.000,-/potong
2.      Bagian Penjahitan
Gaji yang diperoleh sesuai dengan jumlah banyaknya menjahit produk per minggu dan melihat juga model tas yang berbeda-beda, yaitu Rp 35.000,- /hari
Bagi karyawan harian yang sudah lama bekerja di Tiara Bag Kudus atau pekerja tetap gajinya bisa mencapai 50.000,- /hari
3.      Bagian Pelengkapan dan Pengemasan
Gaji yang diperoleh yaitu Rp 25.000,- /hari
Jika permintaan pasar meningkat, karyawan akan lembur dengan gaji yang sesuai dengan produksi yang dihasilkan saat lembur.
Di Tiara Bag Kudus juga diberlakukan bonus atau tambahan gaji kepada karyawan yang mempunyai kinerja yang bagus, giat serta ulet dalam bekerja. Tujuan yang diharapkan oleh pemilik yaitu agar terciptanya persaingan yang sehat antar karyawan. Jadi setiap karyawan akan termotivasi untuk memaksimumkan produksi dan mendapatkan gaji atau tambahan bonus. 
3.1.5        Produksi
Dalam menghasilkan produk tas sekolah, manajer sudah memperhitungan dengan sangat baik. Jumlah produksi yang dihasilkan akan dihitung dari permintaan pasar setiap harinya serta persediaan produk secara efektif dan efisien. Setiap hari produk yang dihasilkan kurang lebih 50 lusin. Tetapi pencatatan serta perhitungan dilakukan setiap satu minggu yaitu kurang lebih 350 lusin. Setiap harinya produk langsung habis di ambil para bakul atau pengepul, dan biasanya hanya tersisa 2-3 lusin saja. Oleh karena, setiap harinya Tiara Bag Kudus ini melakukan produksi sesuai target dan permintaan pasar. Usaha Tiara Bag Kudus ini sudah memiliki izin usaha yang legal dengan merek dagang yang pertama dari Jakarta Pusat.
A.    Alat & Bahan
     Alat & bahan yang digunakan dalam produksi yaitu:
1)      Kain
Jenis kain yang digunakan ada 3 jenis kain, yaitu:
a.       Kanvas, kain sisa yang berasal dari pabrik garmen PT Badjatex Bandung
b.      Levis, kain sisa yang berasal dari pabrik garmen PT Sritex Solo
c.       Double Mes, kain yang berasal dari Bandung
2)      Benang dan Jarum
3)      Mesin jahit manual
4)      Mesin jahit khusus
Digunakan untuk beberapa bagian tas saja seperti pada lengan tas. Jumlah seluruh mesin yang digunakan baik mesin jahit manual maupun mesin jahit khusus yaitu 60 buah mesin sesuai dengan jumlah karyawan pada bagian penjahitan.
5)      Gunting
6)      Pola tas
7)      Ritsleting
8)      Pengait besi
9)      Aksesoris lain yang diperlukan
B.     Proses Pembuatan Produk Tas
Proses pembuatan tas sekolah di Tiara Bag Kudus sebagai berikut:
1.      Membuat pola sesuai model tas, lalu pola tersebut di tempelkan pada kain.
2.      Kain yang sudah di tempelkan sesuai pola kemudian di potong.
3.      Proses penjahitan.
4.      Pemasangan ritsleting serta aksesoris lain sesuai dengan model tas.
5.      Proses pengemasan atau packing.
6.      Siap di pasarkan.
3.1.6        Lingkungan Produksi
Pertanggung jawaban atas lingkungan produksi di umkm atau industri rumahan masih dikatakan skala yang kecil. Namun, setiap usaha pasti ada yang namanya pertanggung jawaban atas lingkungan, walaupun itu kecil, pertanggung jawaban tersebut tergolong sangat penting, bagi masyarakat sekitar produksi maupun umkm sendiri. Dengan melakukan pertanggung jawaban tersebut juga akan menambah citra dari nama umkm itu sendiri.
Di Tiara Bag Kudus yang memproduksi tas sekolah, pertanggung jawaban yang dilakukan sebagai berikut:
1.      Limbah kain sisa
Limbah dari kain sisa ini biasanya diambil oleh tetangga yang digunakan untuk pawon atau memasak.
2.      Tenaga kerja
Tenaga kerja atau karyawan yang bekerja di Tiara Bag Kudus ini mayoritas adalah masyarakat sekitar. Sehingga menciptakan lapangan pekerjaan serta membantu perekonomian masyarakat di lingkungan sekitar.
3.      Sumbangan
Setiap satu tahun sekali saat mau lebaran hari raya idul fitri, Tiara Bag Kudus mempunyai kegiatan rutin tahunan dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat sekitar.
3.2    Penentuan Harga Produk pada Tiara Bag Kudus
Modal awal yang digunakan oleh pemilik, Bpk. H. Rifa’i tidak menentu karena awal produksi dahulu itu menggunakan uang tabungan yang telah dikumpulkan dari gaji selama bekerja sekaligus mengumpulkan bahan-bahan dari tas sedikit demi sedikit atau mencicil bahan. Biaya produksi awal juga tidak menentu karena ada juga bahan yang hanya mengambil kain sisa dari tempat kerja beliau Bpk. H. Rifa’i. Setelah berhasil memproduksi tas sendiri dengan dana yang minim, Bpk H. Rifa’i dibantu oleh saudara-saudaranya dengan memberikan tambahan modal serta pemasaran yang masih sempit. Dengan begitu seiring berjalannya waktu, modal awal kembali dengan nominal yang lumayan banyak yang dikumpulkan oleh Bpk. H. Rifa’i serta digunakan untuk mengembalikan modal yang sudah dipinjamkan oleh saudaranya tersebut. Tahun 1996-an, menurut Bpk. H. Rifai’i dengan nominal uang sebesar Rp 100.000 bisa dikatakan modal yang dapat digunakan untuk memproduksi tas sekolah yang cukup banyak. Jadi pemilik dari Tiara Bag Kudus ini tidak bisa menentukan modal awal yang digunakan untuk menghasilkan produksinya.
Sekian lama berdirinya usaha tersebut melengkapi berbagai teknologi yang digunakan seperti mesin jahit, mesin obras, dan peralatan lain. Dengan strategi pemasaran yang baik, usaha ini dapat memasarkan ribuan tas sekolah ke berbagai penjuru Indonesia. Bertambahnya omset atau pendapatan usaha ini, pemilik melengkapi berbagai teknologi dan menambah banyak mesin yang digunakan. Kisaran produksi setiap harinya menghasilkan kurang lebih 50 lusin. Tetapi pencatatan serta perhitungan dilakukan setiap tiap satu minggu yaitu kurang lebih 350 lusin. Setiap harinya produk langsung habis di ambil para bakul atau pengepul, dan biasanya hanya tersisa 2-3 lusin saja. Oleh karena, setiap harinya Tiara Bag Kudus ini melakukan produksi sesuai target dan permintaan pasar.
Untuk penjualan menggunakan sistem kodian karena yang mengambil produk tas ini merupakan para pedagang-pedagang atau pengepul yang menyetorkan produk ke pasar-pasar. Kisaran harga yang ditawarkan yaitu mulai Rp 25.000 hingga Rp 55.000, tergantung bahan dan motif tiap tas. Untuk tenaga kerja, gaji yang diberikan juga bervariasi, sudah dijelaskan di bagian profil usaha di atas.
3.3    Perencanaan Pemasaran pada Tiara Bag Kudus
Daerah pemasaran hasil produksi yang ada di Tiara Bag Kudus meliputi Pasar Kliwon, Semarang, Purwodadi, Surabaya, dan Luar Jawa seperti Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Lombok. Awalnya promosi sebagai pengenalan produk, hasil produksi tersebut diperjualkan atau dibantu oleh saudara-saudara dari Bpk. H. Rifa’I yang mempunyai toko di Pasar Kliwon. Dan setelah Tiara Bag Kudus memiliki merek yang telah di patenkan dari Jakarta Pusat, permintaan pasar meningkat tajam hingga sekarang.
Hasil produksi tas sekolah di Tiara Bag Kudus didistribusikan melalui pengepul dan pedagang perantara. Para pengepul dan pedagang tersebut yang berdomisili di Kudus, mengambil hasil produksi secara langsung setiap sore hari di rumah atau tempat produksi. Tiara Bag Kudus belum membuka toko yang bisa langsung dikunjungi oleh konsumen, biasanya konsumen langsung ke tempat produksi. Kisaran harga tas sekolah di Tiara Bag Kudus dimulai dengan harga Rp 290.000,- / lusin hingga Rp 450.000,- / lusin. Harga ecer dan grosir sama saja karena Tiara Bag Kudus ini adalah produsen pertama.
Penghasilan atas produksi tas sekolah di Tiara Bag Kudus ini mencapai 15-20 juta per bulan. Namun, sayangnya penghasilan tersebut masih belum di audit atau di catat secara rinci. Dan biasanya penghasilan tersebut akan langsung di pergunakan untuk membeli bahan baku kembali. Sehingga terjadi perputaran uang yang baik. Terlebih lagi karena usaha rumahan atau umkm, jadi untuk pencatatan belum di lakukan secara rinci.
3.4    Perluasan Usaha pada Tiara Bag Kudus
Perluasan yang saat ini sedang di rencanakan yaitu:
a.       Perluasan Produk
1.      Melakukan inovasi dengan mendesain motif atau model tas sekolah yang terbaru dengan warna yang menarik
2.      Meningkatkan kualitas kain yang digunakan
3.      Memperbaiki pada jahitan tas
4.      Menciptakan industri baru dengan produk yang berbeda, semisal pakaian.
b.      Perluasan Tenaga Kerja
Di Tiara Bag Kudus belum mempunyai rencana memperbanyak tenaga kerja lagi karena karyawan yang sudah banyak dan di rasa cukup. Jika memang permintaan pasar meningkat terus menerus maka perekrutan tenaga kerja akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
c.       Perluasan Teknologi
Teknologi yang digunakan di Tiara Bag Kudus memang masih dibilang teknologi manual atau biasa. Namun teknologi tersebut di rasa sudah cukup, dan sepanjang usaha Tiara Bag Kudus juga tidak menjadi masalah yang besar. Teknologi di Tiara Bag Kudus dilakukan service secara rutin. Dan jika mesin yang digunakan masih kurang atau rusak akan ditambah lagi jumlah mesin sesuai yang dibutuhkan.
d.      Perluasan Pasar
1.      Membuka toko di pasar kliwon (sudah kontrak tempat tetapi belum di buka).
2.      Memasarkan produksi ke seluruh kota di pulau Jawa hingga seluruh Nusantara.
3.      Membuat situs online dengan menerapkan sistem jual beli online.
4.      Merambah ke pasar global terkhusus negara-negara tetangga dengan melihat peluang atau survey ke negara tersebut.
3.5    Kompetensi Kewirausahaan
Menyadari peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah pauling besar dan cukup dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan di pasar global juga akan dipengaruhi kesiapan oleh pelaku UMKM tersebut. Dalam hal ini dibutuhkannya SDM yang berkualitas. Faktor tersebut menjadi tantangan utama dalam mempersiapkan UMKM yang menembus pasar global.
Kompetensi pada Tiara Bag Kudus ini juga sangat berpotensi tinggi untuk melakukan ekspor, hanya saja masalah administrasi rumit yang membuat pemilik dari Tiara Bag Kudus ini enggan mencoba untuk merambah ke kancah luar negeri. Namun hal tersebut tidak menurunkan semangat pemilik untuk tetap mencari bagaimana strategi pasar yang digunakan di luar negeri, khususnya negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dll. Pemilik dari Tiara Bag Kudus ini sudah beberapa kali mensurvey secara langsung bagaimana pangsa pasar di luar negeri dan strategi yang digunakan agar usaha tidak kalah dengan produk dari negara lain.
Kompetensi kewirausahaan pada usaha Tiara Bag Kudus ini dapat dilihat dalam upaya pelaku usaha mengatasi permasalahan. Masalah yang dihadapi dan upaya dalam mengatasinya sebagai berikut:
1.      Ketersediaan bahan baku
Dalam permasalahan ini sebenarnya tidak terus menerus. Hanya saja terkadang ketersediaan bahan baku dari Bandung dan Solo tidak mencukupi yang dibutuhkan serta permintaan pasar. Solusi yang dilakukan oleh Tiara Bag Kudus yaitu ketika bahan baku di Bandung dan Solo sangat banyak atau melimpah, Tiara Bag Kudus akan menyetok atau membeli persediaan bahan baku tersebut sebanyak yang sudah diperkirakan. Jadi, jika persediaan bahan baku di Bandung dan Solo sedang sulit, Tiara Bag Kudus tidak kebingungan mencari bahan-bahan tersebut.
2.      Tenaga kerja atau karyawan
Bagi karyawan yang masih sering melanggar aturan yang sudah diterapkan atau terlambat kerja bahkan ada juga yang membolos tidak masuk kerja, akan di berikan peringatan secara lisan terlebih dahulu. Jika masih membangkang, maka akan di berikan peringatan yang lebih tegas lagi.
3.      Sistem pembayaran memakai giro atau tempo
Memang tidak semua bakul, pengepul atau pedagang perantara yang memakai giro. Namun ada juga pengepul dari luar daerah yang menggunakan giro atau tempo dalam bertransaksi. Solusinya yaitu memberikan pengertian atau meminta agar sistem pembayarannya secara kontan atau transfer saja. Dan konsekuensi yang di hadapi oleh pengepul atau pedagang perantara yang memakai giro atau tempo juga akan dikurangi permintaan yang di inginkan bahkan dapat juga dihentikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Berdasarkan teori yang sesuai dengan tinjauan pustaka, Tiara Bag Kudus sudah menerapkan teori tersebut dengan menggunakan menetapkan harga sesuai dengan semua biaya yang dikeluarkan, serta menggunakan strategi yang baik dalam memasarkan produknya. Tiara Bag Kudus juga sudah merencanakan perluasan usaha yang dengan harapan dapat membuat usaha konveksi tas sekolah ini dapat berkembang, dan tidak kalah dengan pesaing-pesaing baru yang cepat berkembang. Kompetensi kewirausahaan dalam usaha Tiara Bag Kudus ini juga memiliki potensi yang baik dengan penanganan masalah yang efektif dan tepat dapat mengatasi permasalahan tersebut dan membuat usaha tersebut terus berkembang hingga ke kancah internasional.
4.2    Saran
Usaha Tiara Bag Kudus ini mempunyai prospek yang baik. Untuk permasalahan yang dihadapi penulis menyarankan untuk mengatasi permasalahan dengan efektif dan tepat, sehingga tidak menggaggu berjalannya usaha. Harapan terbesar dari usaha ini yaitu dapat memperluas usaha ini dengan memasarkan produk ke kancah internasional atau ekspor. Sehingga mampu membantu perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi, mengangkat UMKM lebih tinggi lagi dan memacu kreativitas para pemilik usaha yang kecil atau baru berdiri.
LAMPIRAN




DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. 2014. Kewirausahaan (Kasus dan Implementasi) Edisi Ketujuh. Semarang: Galaksi Nusindo


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Proposal Usaha Salon Muslimah

Analisis Proposal Kewirausahaan Kripik Talas Kaya Rasa