Analisis Usaha pada Tiara Bag Kudus
ANALISIS USAHA PADA
USAHA MENENGAH TIARA BAG KUDUS
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEWIRAUSAHAAN
Dosen Pengampu : Dr. Drs. Sukirman, S.Pd., S.H., MM.
Arraudhotu
Aliyatul Ula
NIM
: 201511285
Kelas
: 4 D
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
TAHUN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Analisis Proposal Usaha ini dengan baik dan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Penulisan analisis usaha pada UMKM ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kewirausahaan di Universitas Muria Kudus Jurusan Manajemen.
Dalam memenuhi
persyaratan tersebut penulis mencoba membuat Analisis Usaha
yang berjudul “Analisis
Usaha pada Usaha Menengah Tiara Bag
Kudus”.
Dalam menyusun analisis usaha pada umkm ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis terbatas, cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam
menyusun proposal ini. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat membantu
untuk melengkapi analisis
usaha ini menjadi lebih baik
lagi.
Akhir kata, semoga
analisis usaha ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Pemasaran sebagai kegiatan penting dari
perusahaan yang menghasilkan produk untuk dijual dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Berdasarkan keuntungan diharapkan perusahaan dapat melanjutkan
usaha, selain itu juga dapat mengembangkan usaha menjadi lebih besar. Harga
menjadi sebagai biaya atas pembuatan suatu produk, artinya jumlah pengeluaran
dan beban yang diperkenankan, langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan
barang dan jasa di dalam kondisi dan tempat di mana barang tersebut dapat
dipergunakan atau dijual. Diperlukan adanya
penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan yang berkaitan dengan
perluasan usaha yang akan datang, terutama terkait dengan jumlah konsumen (prospective customers). Tingkat persaingan dalam dunia bisnis menunjukkan gejala
semakin ketat dan kejam. Kepemimpinan suatu perusahaan, produk atau merek
tertentu tidak akan selamanya stabil. Banyak pendatang baru mencoba
menggoyahkan posisi ini dengan siasat atau strategi yang beraneka ragam, kondisi
ini menunjukkan bahwa bisnis adalah suatu Penggunaan strategi dalam berbagai
bisnis merupakan keinginan para pelaku bisnis peperangan.
Berdasarkan teori yang sesuai dengan tinjauan pustaka,
Tiara Bag Kudus sudah menerapkan teori tersebut dengan menggunakan menetapkan
harga sesuai dengan semua biaya yang dikeluarkan, serta menggunakan strategi
yang baik dalam memasarkan produknya. Tiara Bag Kudus juga sudah merencanakan
perluasan usaha yang dengan harapan dapat membuat usaha konveksi tas sekolah
ini dapat berkembang, dan tidak kalah dengan pesaing-pesaing baru yang cepat
berkembang. Kompetensi kewirausahaan dalam usaha Tiara Bag Kudus ini juga memiliki
potensi yang baik dengan penanganan masalah yang efektif dan tepat dapat mengatasi
permasalahan tersebut dan membuat usaha tersebut terus berkembang hingga ke
kancah internasional.
Kata kunci : pemasaran, harga, perluasan, kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemasaran
merupakan kegiatan penting dari perusahaan yang menghasilkan produk untuk
dijual dengan tujuan memperoleh keuntungan. Berdasarkan keuntungan diharapkan
perusahaan dapat melanjutkan usaha, selain itu juga dapat mengembangkan usaha
menjadi lebih besar. Kondisi semacam ini berlaku untuk seluruh perusahaan baik
yang beroperasi dalam suatu negara maupun multinasional (antar negara).
Kompetisi yang dihadapi oleh suatu perusahaan menyebabkan setiap perusahaan
menyusun perencanaan, melaksanakan, dan mengontrol strategi pemasaran yang
dibuatnya, dengan harapan agar memenangkan persaingan atau menguasai daerah
tertentu.
Harga merupakan biaya atas
pembuatan suatu produk, artinya jumlah pengeluaran dan beban yang
diperkenankan, langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang dan
jasa di dalam kondisi dan tempat di mana barang tersebut dapat dipergunakan
atau dijual. Kumpulan pengorbanan dari faktor produksi sebagai sumber daya
ekonomi yang didesain untuk menciptakan barang atau jasa dalam bentuk lain,
yang mempunyai nilai guna tinggi. Oleh karena itu harga merupakan jumlah biaya
yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang sampai saat terjadinya
transaksi penukaran di pasar.
Sebelum suatu usaha
bisnis dilakukan, perlu dipertimbangkan dan diteliti terlebih dahulu
kemungkinan suatu usaha itu dapat berkembang atau tidak. Agar tidak terjadi
gulung tikar, maka seorang pelaku usaha mampu menjajaki usaha yang akan
dilakukan secara seksama. Ditinjau dari aspek ekonomi, perlu adanya penelitian
terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan yang berkaitan dengan perluasan
usaha yang akan datang, terutama terkait dengan jumlah konsumen (prospective customers). Berarti produk
yang dihasilkan ada pembelinya, tetapi jumlah pembeli tersebut cukup atau tidak
dengan mempertimbangkan faktor pesaing, sekaligus sebagai dasar pertimbangan
dari segi penawaran (supplay side).
Termasuk bahan baku yang memadai, teknologi, tersedianya tenaga kerja,
peraturan pemerintah, budaya, juga merupakan faktor yang harus dipertimbangkan.
Tingkat
persaingan dalam dunia bisnis menunjukkan gejala semakin ketat dan kejam. Siapa
yang mempunyai sumber daya paling kuat dialah yang akan tetap bertahan dalam
pasar. Kepemimpinan suatu perusahaan, produk atau merek tertentu tidak akan
selamanya stabil. Banyak pendatang baru mencoba menggoyahkan posisi ini dengan
siasat atau strategi yang beraneka ragam, kondisi ini menunjukkan bahwa bisnis
adalah suatu Penggunaan strategi dalam berbagai bisnis merupakan keinginan para
pelaku bisnis peperangan. untuk mengadopsi proses pembuatan strategi yang
dilakukan lebih terarah dan canggih seperti yang oleh jenderal perang.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana suatu perusahaan atau umkm merencanakan pemasaran dan
perluasan usaha?
2.
Bagaimana suatu perusahaan atau umkm menyusun strategi dalam menentukan
harga serta kompetensi berwirausaha?
3.
Bagaimana penerapan berwirausaha pada usaha menengah Tiara Bag Kudus?
4.
Bagaimana analisis usaha Tiara Bag Kudus jika dikaitkan dengan dasar
teori?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui bagaimana perusahaan atau umkm merencanakan pemasaran dan
perluasan usaha.
2.
Mengetahui bagaimana perusahaan atau umkm menyusun strategi penentuan
harga serta kompetensi berwirausaha.
3.
Mengetahui bagaimana penerapan berwirausaha pada usaha menengah Tiara
Bag Kudus.
4.
Memahami dan membandingkan bagaimana analisis usaha pada Tiara Bag Kudus
yang dikaitkan dengan dasar teori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Pemasaran
Pemasaran
adalah kegiatan pokok dari suatu perusahaan yang modern, dengan melayani segala
kebutuhan manusia (human needs)
secara efektif. Tujuan dari pelayanan tersebut adalah melalui transaksi pertukaran
antara produsen dengan konsumen. Konsep transaksi pertukaran merupakan pokok
permasalahan dari kegiatan pemasaran. Berdasarkan transaksi pertukaran,
produsen menawarkan sesuatu yang konsumen perlukan, kenudian produsen dengan
kegiatan penawaran yang atraktif, diharapkan konsumen akan membeli dan kembali
membeli.
Menurut
Philip Kotler (1985:7), kegiatan pemasaran suatu produk adalah kegiatan
menganalisi, merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi seluruh program yang
telah dirancang sebelumnya agar terjadi pertukaran nilai secara sukarela
(dengan konsumen), sehingga tercapai tujuan perusahaan. Selain itu, pemasaran
berkaitan pula dengan merancang lembaga yang mempunyai kegiatan untuk
menawarkan produk dalam memenuhi kebutuhan pasar (konsumen) yang telah di
targetkan. Penawaran dilakukan dengan menggunakan harga yang efektif,
komunikasi dan distribusi yang baik, menyampaikan, mendorong, dan memberikan
pelayanan yang baik pada konsumen.
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran tidak terlepas dari,
perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai tujuan.
Beberapa langkah untuk merencanakan pemasaran bagi usaha baru di antaranya
sebagai berikut:
1. Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, pertama-tama dilakukan
penelitian pasar atau riset pemasaran. Riset pasar diarahkan pada kebutuhan
konsumen, misal barag atau jasa mana yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen,
berapa jumlahnya, kualitas bagaimana, siapa yang membutuhkan, dan kapan memerlukan.
Riset pasar dimaksudkan untuk menentukan segmen pasar dan karateristik kosumen
yang dituju.
2. Memilih pasar sasaran khusus.
Ada tiga jenis pasar sasaran khusu, yaitu:
a.
Pasar individual ( individual
market)
b.
Pasar khusus ( niche market )
c.
Segmentasi pasar ( market
segmentation)
Berdasarkan
tiga alternatif pasar sasaran, bagi perusahaan kecil dan usaha baru lebih baik
memilih pasar khusus dan pasar individuak, sedangkan untuk perusaan menengah
dan besar lebih baik menggunakan segmentasi pasar.
3. Menempatkan strategi pemasaran dalam
persaingan.
Penetapan strategi pemasaran tergantung keadaan lingkungan persaingan
pasar yang ada dari hari kehari. Keberhasilan dalam segmentasi pasar tergantung
pada potensi yang mengambarkan permintaan dari lingkungan persaingan, terdapat
enam strategi dalam memenuhi permintaan dari lingkungan bersaing yaitu:
a.
Berorientasi pada pelanggan (
customer orientation )
b.
Kualitas (quality), ialah
mengutamakan Total Quality Management (TQM)
yaitu efektif, efisien, dan tepat.
c.
Kenyamanan (convenience), yaitu
memfokuskan perhatian pada kesenangan hidup, kenyamanan, dan kenikmatan.
d.
Inovasi (innovation), yaitu
harus berkonsentrasi untuk berinovasi dalam produk, jasa, maupun proses.
e.
Kecepatan (speed),atau disebut
juga Time Compression Management (TCM),
yang diwujudkan dalam bentuk:
1.
Kecepatan untuk menempatkan produk baru dipasar.
2.
Memperpendek waktu untuk merespon keinginan dan kebutuhan pelanggan (customer response time time).
f.
Pelayanan dan kepuasan pelanggan.
4. Memilih strategi pemasaran.
Strategi pemasaran merupakan panduan dari kinerja wirausaha dengan hasil
pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan
strategi pemasaran. Kondisi untuk menarik konsumen, wirausaha bisa merekayasa
indikator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran ( marketing mix ), yaitu probe,
product, price, place, dan promotion.
Bauran Pemasaran
1. Penelitian dan Pengembangan Pasar
2. Berorientasi pada Konsumen
3. Kualitas
4. Kenyamanan
5. Inovasi
6. Kecepatan
7. Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan
8. Produk
2.2 Menentukan Harga
Harga merupakan biaya atas pembuatan suatu produk, artinya jumlah
pengeluaran dan beban yang diperkenankan, langsung maupun tidak langsung untuk
menghasilkan barang dan jasa di dalam kondisi dan tempat di mana barang
tersebut dapat dipergunakan atau dijual. Kumpulan pengorbanan dari faktor
produksi sebagai sumber daya ekonomi yang didesain untuk menciptakan barang
atau jasa dalam bentuk lain, yang mempunyai nilai guna tinggi. Harga disepakati
pada saat transaksi penukaran, merupakan nilai dari produk yang ditukarkan di
pasar. Transaksi tersebut menguntungkan atau merugikan, produsen telah
menghitung jumlah biaya-biaya (pengorbanan) yang dikeluarkan untuk menghasilkan
barang atau jasa yang dipertukarkan. Oleh karena itu harga merupakan jumlah
biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang sampai saat terjadinya
transaksi penukaran di pasar.
Harga tepat adalah harga yang
dapat dijangkau dan paling efisien bagi konsumen. Wirausaha dapat menciptakan
harga yang paling efisien dengan inovasi dan kreativitas. Menetapkan harga yang
tepat perlu mempertimbangkan berbagai faktor, tidak sekedar intuisi atau
perasaan, tetapi juga berdasarkan informasi, fakta, dan analisis di lapangan.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan harga :
1. Biaya barang dan jasa.
2. Permintaan dan penawaran pasar.
3. Antisipasi volume penjualan produk dan jasa.
4. Harga pesaing.
5. Kondisi ekonomi.
6. Lokasi usaha.
7. Fluktuasi musim.
8. Faktor psikologis pelanggan.
9. Bunga kredit dan bentuk kredit.
10. Sensitivitas harga pelanggan (elastisitas permintaan).
Selain
mempertimbangkan faktor-fakor tersebut, terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam memberikan harga untuk menarik konsumen :
1. Menentukan harga dasar dan harga jual barang yang berbeda-beda. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan harga, yaitu :
a. Biaya penjualan dan biaya pembelian barang dari konsumen.
b. Harga pesaing.
c. Elastisitas permintaan barang.
Jika terdapat pesaing menjual barang dengan ukuran, sifat, dan jenis
barang yang sama dengan barang dan jasa yang dijual, maka produsen dapat
memilih strategi sebagai berikut :
a. Menetapkan harga lebih rendah dari harga pesaing untuk barang-barang,
sedang harga barang-barang lain bisa sama atau lebih tinggi. Alternatif lain
adalah menyamakan harga pesaing, tetapi dengan kualitas barang dan pelayanan
yang berbeda atau lebih baik.
b. Memberikan kualitas barang yang lebih baik dengan harga yang lebih
tinggi.
2. Memberikan potongan harga yang bervariasi, misal :
a. Potongan penjualan tunai.
b. Potongan penjualan dengan pembelian tunai.
c. Sistem diskon/hadiah.
3. Memberi keringanan waktu pembayaran, dengan tiga cara :
a. Pembayaran sebagian di muka.
b. Pembayaran di belakang.
c. Pembayaran kredit.
A. Strategi Pemasaran dalam Menentukan Harga
Strategi pemasaran yang dapat dipilih antara lain :
1.
Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi
pemasaran untuk meningkatkan jumlah penjualan barang dan jasa yang sudah ada
dengan memperbesar upaya penjualan dan periklanan. Misal, upaya promosi dan
iklan yang gencar dilakukan produk-produk jamu, perusahaan-perusahaan rokok, produk
makanan dan minuman, dan berhasi meningkatkan angka penjualan.
2.
Pengembangan pasar (market development) mencoba
meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk barang dan jasa yang ada
pada pasar baru. Posisi strategi ini, yang diperluas bukan upaya penjualan atau
promosi, melainkan uapaya untuk mencari pasar baru. Misal, produk-produk AMWAY
dan CNI yang dipasarkan melalui jaringan berjenjang (multilevel marketing).
3.
Pengembangan produk (product development) mencoba
meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk dan jasa baru kepada pasar
yang sudah ada. produk-produk itu dapat merupakan modifikasi dari produk yang
sudah ada. misal, produk-produk pakaian wanita dan anak-anak, mobil, komputer,
dan elektronik.
4.
Segmentasi pasar (market segmentation) merupakan strategi
pemasaran yang terkenal bagi usaha baru, produk dipasarkan berdasarkan
segmentasi. Misal, segmentasi berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan,
tingkat pendapatan dan sebagainya.
B. Penentuan Harga
Penentuan
harga produk baru perlu dilakukan dengan hati-hati. Jika terlalu tinggi, volume
penjualan bisa terjadi tidak terlalu tinggi. Sebaliknya bila harga terlalu
rendah, maka biaya tidak tertutupi oleh hasil penjualan. Sehingga, dalam
menetapkan harga bagi produk baru, wirausaha hendaknya dapat memuaskan tiga
tujuan, yaitu :
1.
Menghasilkan
produk yang diterima oleh konsumen potensial, berapapun banyaknya.
2.
Memelihara
pangsa pasar dengan akibat pertumbuhan pesaing. Jika
produk baru berhasil maka pesaing akan masuk ke pasar, dan perusahaan kecil memperluas
atau mempertahankan pangsa pasar.
3.
Memperoleh
laba. Perusahaan
baru harus bertahan agar hasil penjualan lebih tinggi dari biaya produksi.
C. Harga Barang Konsumsi
Menentukan harga barang-barang yang diproduksi, suatu perusahaan
memiliki tiga pilihan harga, yaitu :
1.
Harga di
bawah harga pasar untuk produk yang sama.
Strategi
penetrasi harga (price penetration)
merupakan penetapan harga di bawah harga normal. Kondisi ini dilakukan apabila
usaha baru memperkenalkan produk baru ke pasar dan sudah terdapat penjual
produk sama dengan persaingan yang tinggi. Posisi ini dimaksudkan agar barang
yang dihasilkan diterima oleh pasar. Supaya produk yang dipasarkan berhasil
dengan baik, maka produk baru berusaha menekan pasar, untuk mempercepat
penguasaan pasar, produk baru harus dijual dengan harga yang relatif rendah,
sehingga tercapai volume penjualan yang tinggi. Pengenalan produk biasanya
dilengkapi dengan periklanan dan teknik promosi, penjualan khusus, dan potongan
harga. Penetapan penetrasi harga dala jangka waktu yang lama supaya diterima
konsumen. Tujuan dari penetrasi harga adalah untuk mempertahankan produk baru
di pasar.
2.
Harga di
atas harga pasar.
Strategi
harga skimming (skimming price)
merupakan penetapan harga di atas harga normal. Strategi ini digunakan bila
memperkenalkan produk baru ke pasar yang terdapat sedikit atau tidak ada
pesaing sama sekali. Perusahaan menggunakan taktik apabila pasar terdiri atas
sekelompok elit pembeli yang mampu membayar dengan harga tinggi. Perusahaan
menetapkan harga di atas harga normal untuk menutup kembali biaya pengembangan
awal dan biaya promosi sesegera mungkin serta menghasilkan laba.
Salah satu
variasi dan skimming adalah strategi sliding-downthe-demand-curve. Perusahaan
baru memperkenalkan produk dengan harga yang tinggi. Kemudian, berdasarkan
kemajuan teknologi yang dimiliki mampu menurunkan biaya dengan cepat sehingga
menurunkan harga produk lebih cepat dari harga pesaing. Melalui penurunan harga
barang dan jasa yang dimiliki akibat kemajuan teknologi, maka perusahaan baru
dapat meningkatkan volume penjualan dengan cepat dan merebut pangsa pasar
pesaing. Tujuan strategi ini adalah untuk merebut keunggulan bersaing melalui
keunggulan teknologi.
3.
Harga sama
dengan harga pasar
Strategi follow-the-leader pricing. Strategi ini
biasa dilakukan oleh pedagang kecil dengan mengamati berbagai kebijakan harga
pesaing dan harga individual dengan meninjau periklanan. Pedagang kecil
menggunakan informasi ini untuk mencari peluang.
D. Harga Barang Industri
1. Strategi Cost-Plus Pricing
Digunakan untuk barang-barang
industri, yaitu dengan menambahkan margin laba yang dikehendaki terhadap
biaya-biaya langsung, seperti biaya bahan baku, ongkos tenaga kerja, biaya
overhead, penjualan, dan administrasi. Penggunaan strategi cost-plus, harga jual
dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
|
2. Biaya Langsung dan Formulasi Harga
Biaya langsung merupakan biaya yang langsung berhubungan dengan
volue produksi, misal biaya bahan baku dan upah tenaga kerja. Pemmbiayaan ini
tidak termasuk biaya overhead pabrik seperti sewa, penyusutan, dan asuransi.
Tabel berikut enggabarkan struktur biaya langsung.
|
Laporan Laba Rugi
3. Penentuan Harga Jual Model Pulang Pokok
Penentuan harga jual dalam model ini dilakukan
dengan enghitung besar presentase tertentu dari total penjualan yang digunakan
untuk biaya variabel. Berikut salah satu contoh teknik menghitung harga jual
model pulang pokok atau titik impas (break
even). Misal biaya variabel suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
Bahan Baku Rp
40.000 per unit
Upah Tenaga Kerja Rp
50.000 per unit
Biaya Overhead Variabel Rp 10.000 per unit
Biaya Variabel Total Rp 100.000 per unit
![]() |
||
![]() |
Berdasarkan contoh di atas, maka harga penjualan
minimum sebesar Rp 100.000. apabila harga jual di bawah harga minimum, maka
biaya variabel tidak akan tertutupi, untuk menghitung harga penjualan pulang
pokok (break even)
E.
Alat Penentuan Harga
1.
Mark-up, merupakan metode
penentuan harga dengan cara menambahkan sejumlah biaya tertentu pada penjualan
untuk meningkatkan laba, denan rumus:

2.
Analisis
pulang pokok digunakan untuk menutup biaya variabel dan biaya tetap, dengan
rumus:

F. Promosi
Barang dan jasa yang diproduksi supaya dikenal, diketahui dan diminta
konsumen, maka wirausaha perlu melakukan kegiatan sebagai berikut :
1.
Menginformasikan
barang / jasa pada konsumen.
2.
Membujuk
konsumen supaya membeli barang / jasa yang dihasilkan.
3.
Mempengaruhi
konsumen tertarik terhadap barang / jasa yang dihasilkan.
Kegiatan –
kegiatan tersebut dilakukan dengan periklanan dan promosi. Sehingga, promosi
merupakan cara mengkomunikasikan barang / jasa yang ditawarkan. Agar konsumen
dapat mengenal dan membeli. Sesuai dengan fungsi promosi yaitu menginformasikan
(to inform), membujuk (to persuade), mengigat (to remind) dan mempengaruhi (to influence) maka dengan promosi barang
dan jasa akan mudah dikenal oleh konsumen.
Beberapa jenis promosi yang dapat dijadikan pertimbangan.
1.
Media,
misal media cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, tv, internet,
dan lain- lain).
2.
Promosi
penjualan, misal melalui pameran dagang, kuis berhadiah, dan lainnya.
3.
Wiraniaga,
mempromosikan langsung barang ke konsumen dengan membawa produk.
4.
Pemasaran
langsung, langsung menghubungi konsumen.
5.
Humors,
yaitu mempublikasikan barang melalui billboard, pamphlet, dan sebagainya.
Strategi
tersebut tergantung pada elastisitas permintaan, biaya barang, dan harga yang
dimiliki pesaing. Setelah barang dan jasa yang dimiliki pesaing. Setelah barang
dan jasa yang diproduksi dikenal dan dibutuhkan konsumen, maka tugas wirausaha
adalah:
1.
Mempertahankan
pangsa pasar dan volume penjualan.
2.
Mengembangkan
pansa pasar dan volume penjualan.
Mempertahankan dan
mengembangkan pangsa pasar, wirausaha dapat melakukan langkah- langkah berikut
:
1.
Menghargai
dan memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen
2.
Menganalisis
kelebihan dan kekurangan pemasaran yang di miliki maupun kelebihan dan
kelemahan pesaing.
3.
Mencari
strategi untuk menyerang market leader.
G.
Pemasaran Usaha Baru
Apabila belum mengetahui barang atau jasa yang akan dijual, terlebih
dahulu harus melakukan suvei untuk mendapatkan informasi mengenai :
1. Peluang Pasar
Peluang Pasar dapat dilihat
dengan cara mengamati konsumen. Fokus pengamatan terhadap konsumen adalah :
a.
Barang dan
jasa yang paling dibutuhkan konsumen
b.
Beberapa
banyak yang dibutuhkan
c.
Kualitas
yang paling tepat
d.
Berapa
banyaknya
2. Tempat yang Tepat
Menempatkan barang dalam
pasar yang cocok. Misal, ditempat ramai dan dikunjungi orang seperti ditempat
pariwisata, pasar umum, dekat lalu lintas jalan raya, dan sebagainya.
3. Banyak Barang yang Dibutuhkan
Beberapa volume : barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen rata-
rata perhari (dengan perkiraan).
4. Target yang hendak Dicapai
Misal, untuk mengajr
keuntungan, untuk meraih pelanggan rutin, untuk meraih pelanggan temporer, atau
hanya sekedar laku terjual dalam rangka meraih konsumen baru.
2.3 Perluasan Usaha
Ditinjau dari aspek ekonomi, perlu adanya penelitian terlebih dahulu
untuk mengetahui kemungkinan yang berkaitan dengan perluasan usaha yang akan
datang, terutama terkait dengan jumlah konsumen (prospective customers). Berarti produk yang dihasilkan ada
pembelinya, tetapi jumlah pembeli tersebut cukup atau tidak dengan
mempertimbangkan faktor pesaing, sekaligus sebagai dasar pertimbangan dari segi
penawaran (supplay side). Termasuk
bahan baku yang memadai, teknologi, tersedianya tenaga kerja, peraturan
pemerintah, budaya, juga merupakan faktor yang harus dipertimbangkan.
Peningkatan ekonomis dapat dilakukan dengan menambah skala produksi,
tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Kondisi ini dapat
dilakukan apabila perluasan usaha akan menurunkan biaya jangka panjang, berarti
mencapai skala ekonomis (economics of
scale). Sebaliknya, apabila peningkatan output mengakibatkan peningkatan
biaya jangka panjang (diseconomics of
scale), maka kondisi ini tidak baik untuk dilakukan. Jika produk barang dan
jasa sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak
bisa dilakukan, karena akan mendorong kenaikan biaya.
Berdasarkan kejadian tersebut, maka skala usaha ekonomi akan terjadi
apabila perluasan usaha atau peningkatan output menurunkan biaya jangka
panjang. Skala usaha tidak ekonomis terjadi apabila perluasan usaha atau
peningkatan output menaikkan biaya jangka panjang. Apabila terjadi skala usaha
yang tidak ekonomis, wirausaha dapat meningkatkan usaha dengan memperluas
cakupan usaha, karena skala ekonomis menunjukkan pengurangan biaya perusahaan
akibat kenaikan output, maka kurva pengalaman atau kurva belajar menunjukkan
pengurangan biaya yang muncul akibat kenaikan volume secara kumulatif. Misal
terdapat penurunan biaya dari 15 hingga 45 persen sebagai akibat dari kenaikan
output kumulatif dua kali lipat.
A.
Perluasan Usaha
Perluasan usaha dilakukan dengan menambah
jenis usaha, produk, dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi
(diversifikasi), serta dengan teknologi yang berbeda. Misal usaha angkutan kota
diperluas dengan usaha jasa bus pariwisata, usaha jasa Pendidikan diperluas
dengan usaha jasa pelatihan dan kursus-kursus, dengan demikian lingkup usaha
ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang
ditandai oleh total biaya produksi gabungan (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis
produk secara bersama-sama adalah “lebih kecil” dari penjumlahan biaya produksi
masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah. Perluasan cakupan
usaha bisa dilakukan apabila wirausaha memiliki permodalan yang cukup.
Sebaliknya, apabila lingkup usaha tidak ekonomis dapat didefinisikan sebagai
suatu diversifikasi usaha yang tidak ekonomis, dimana biaya produksi total
bersama dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama
adalah “lebih besar” dari penjumlahan biaya produk pada masing-masing jenis
produk itu apabila diproduksi secara terpisah, sebagai contoh seorang wirausaha
yang memproduksi barang P dengan biaya sebesar C(P) memperluas usaha dengan
cara mengakuisisi atau menggabungkan perusahaan yang menghasilkan barang M
dengan besar biaya C(M). Posisi tingkat produksi sama diperlukan biaya produksi
total bersama sebesar C (P, M). Kasus ini melingkupi usaha ekonomis terjadi
apabila biaya bersama kurang dari jumlah biaya apabila produk dihasilkan
masing-masing atau C (P, M) < C(P) + C(M), dengan derajat lingkup usaha
ekonomis DE.
![]() |
Bersama C (P, M),
maka semakin tinggi derajat ekonomis (DE) sehingga lingkup usaha dikatakan
ekonomis, atau suatu lingkup usaha dikatakan ekonomis, apabila C (P, M) <
C(P) + C(M) dan DE bernilai positif (DE > 0). Sebaliknya suatu lingkup usaha
dikatakan tidak ekonomis apabila C (P, M) > C(P) + C(M) dan DE bernilai
negatif (DE < 0). Memperluas skala ekonomi atau lingkup ekonomi, apabila
pengetahuan usaha dan permodalan cukup, wirausaha dapat melakukan kerja sama
dengan perusahaan lain melalui usaha patungan (joint venture) atau kerja sama manajemen melalui sistem kemitraan.
B.
Manajemen Strategi Manajemen
1.
Manajemen Kewirausahaan
Wirausaha menggunakan proses inovasi sebagai alat pemberdayaan sumber –
sumber untuk menciptakan suatu nilai barang dan jasa. Proses inovasi
dikendalikan oleh kreativitas. Kreativitas merupakan mata rantai antara
pengetahuan pengenalan cara baru untuk mengkombinasikan sumber – sumber dan
proses pengembangan pengetahuan secara sistematis ke dalam suatu inovasi yang
digunakan di pasar. Inovasi bahkan dipandang sebagai penciptaan sumber – sumber
yang berbentuk penemuan kegunaan suatu dalam alam.
Manajemen kewirausahaan menyangkut semua kekuatan perusahaan yang
menjamin bahwa usaha betul – betul eksis. Apabila usaha baru ingin berhasil,
maka wirausaha diharapkan memiliki empat kompetensi, yaitu :
a.
Fokus pada
dasar, bukan pada teknologi
b.
Buat
ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayai perusahaan.
c.
Bangun tim
manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not
a “one-person” show)
d.
Berikan
peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu
Apabila
manajemen kewirausahaan menyangkut lingkungan perusahaan (keputusan – keputusan
taktis), maka “strategi kewirausahaan” menyangkut kesesuaian kemampuan internal
dan aktivitas perusahaan dengan lingkungan eksternal, dimana perusahaan haru
bersaing dengan menggunakan keputusan – keputusan strategik. Melakukan strategi
usaha, dapat menggunakan strategi dari empat strategi berikut :
a.
Berada
petam di pasar dengan produk dan jasa baru
b.
Posisikan
produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar (niche market) yang tidak terlayani
c.
Fokuskan
barang dan jasa pada relung yang kecil tetapi bisa bertahan
d.
Menguubah
karakteristik produk, pasar atau industri
Strategi
pertama sering dipilih oleh wirausaha, meskipun paling beresiko. Setelah
strategi pertama sukses, maka strategi kedua mempertahankan posisi kepemimpinan
pasar (market leader). Strategi
ketiga, menyangkut pengembangan keterampilan untuk menanggapi peluang yang
diciptakan oleh perusahaan berbeda di pasar pertama. Sering terjadi adalah
banyak peniru memperbaiki atau memodifikasi barang dan jasa untuk menciptakan
nilai yang lebih tinggi bagi pembeli. Wirausaha perlu memindahkan daya saing ke
segmen pasar lain dengan mendominasi segmen pasar kecil yang dipandang
perusahaan besar tidak memiliki peluang. Strategi keempat, perubahan
karakteristik produk, pasar, atau industri yang berbasis pada inovasi. Strategi
ini dilakukan dengan mengubah produk dan jasa yang sudah ada, misal mengubah
manfaat, nilai, dan karakteristik ekonomi lain. Strategi ini menciptakan inovasi
dengan salah satu cara sebagai berikut :
a. Menciptakan manfaat
b. Meningkatkan nilai inovasi
c. Berdaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan
d. Menyajikan apa yang dianggap bernilai oleh pelanggan
Perusahaan dapat bersaing
apabila secara konsisten dan berkesinambungan memperbaiki produk, barang dan
jasa atau proses itu sendiri.
2.
Strategi Kewirausahaan
Perusahaan kecil berhasil secara berkesinambungan dan dapat bersaing
secara unggul dalam bidang teknik, produk, dan memiliki cakupan distribusi
geografis pasar ygn terbatas. Beberapa keputusan strategis yang diperlukan
dalam kondisi pertumbuhan, diantaranya adalah :
a.
Perubahan
produk barang dan jasa. Produk barang dan jasa baru yang diinginkan oleh
pelanggan, perubahan kebutuhan pelanggan dapat ditentukan atau tidak.
b.
Strategi
penetrasi pasar, ekspansi pasar, diversifikasi produk dan jasa, integrasi
regional, atau ekspansi usaha. Pasar dapat dicapai menggunakan strategi apa,
posisi strategi perusahaan harus diperbaiki seperti apa, dan peluang macam apa
yang akan diambil.
c.
Kemampuan
memperoleh modal investasi dalam penelitian dan pengembangan, proses produksi
dan penggantian peralatan, dan dalam rangka penambahan sumber daya manusia.
Berapa modal yang diperlukan untuk investasi dan dari mana sumbernya.
d.
Analisis
sumber daya manusia, sehingga memiliki ketrampilan yang unik untuk
mengimplementasikan strategi. Bagaimana sumber daya manusia itu dapat
dikembangkan agar perusahaan menjadi semakin sukses di pasar.
e.
Analisis
pesaing baik yang ada maupun yang potensial untuk memantapkan strategi
bersaing. Keputusan didasarkan pada perilaku, sumber daya, dan komitmen yang
dimiliki pesaing di masa lalu. Mengumpulkan informasi terhadap pesaing akan
menanggapi strategi yang diterapkan atau tidak. Memerlukan kemampuan dan
perencanaa atau tidak dalam mengantisipasi pesaing.
f.
Kemampuan
menopang keunggulan strategi perusahaan dan memodifikasi strategi dalam
menghadapi perubahan permintaan pelanggan dan perilaku strategi persaingan
baru. Perusahaan apakah akan selalu mempertahankan keunggulan strategi tersebut
selamanya atau tidak.
g.
Penentuan
harga barang atau jasa jangka pendek dan jangkan panjang. Keputusan penentuan
harga apakah sudah dibandingkan dengan strategi lain atau belum. Analisis
elastisitas permintaan untuk setiap pasar apakah sudah dipahami.
h.
Interaksi
perusahaan dengan masyarakat luas. Terdapat interaksi strategik atau tidak
untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
i.
Pengaruh
pertumbuhan perusahaan yang tepat terhadap aliran kas. Pertumbuhan perusahaan
apakah menimbulkan masalah likuiditas atau tidak.
3.
Strategi Pemimpin Pasar
Apabila perusahaan telah memiliki peluang pasar besar seperti pada masa
pertumbuhan, maka strategi yang perlu diperhatikan adalah :
a.
Bersikap
menyerang dan agresif untuk mempertahankan, pangsa pasar. Wirausaha harus siap
memperbaiki strategi bersaing agar dapat mempertahankan reputasi terbaik pada
pelanggan.
b.
Bersikap
bertahan dan tidak terlalu agresif. Posisi semacam ini, setiap departemen
secara efektif menemukan keunggulan bersaing dan secara bertahap dapat membangun
hambatan masuk ke segmen pasar yang dipilih untuk bersaing.
c.
Tidak
boleh ada anggapan bahwa perusahaan yang berhasil tidak memiliki tantangan.
Perusahaan yang pasif mempertahankan pasar akan selalu mengundang pesaing untuk
memasuki pasar.
d.
Kegagalan
dalam mempertahankan strategi akan memperlemah perusahaan dalam menanggaoi
serangan dan pesaing. Apabila terjadi demikian, maka pesaing akan menjadi
pemimpin pasar yang baru
4.
Strategi Bukan Pemimpin Pasar
Perusahaan
memasuki tahap pertumbuhan memiliki posisi kuat (bukan pemimpin pasar) di
pasar, memiliki strategi tertentu. Strategi ini bukan untuk bersaing dengan
pemimpin pasar, ini dilakukan dengan cara :
a. Agresif menggunakan kompetensi terbaik untuk meraih peluang pasar
sehingga tidak ditandingi oleh pesaing. Wirausaha memposisikan diri dalam
segmen pasar kecil sebagai pemain yang paling dominan. Wirausaha membangun dan
mempertahankan hubungan secara terbuka dengan para pelanggan. Posisi semacam
ini memunculkan peluang dan selalu memperkuat hubungan melalui pelayanan yang
istimewa atas kebutuhan pelanggan.
b. Mengembangkan strategi sebagai pengikut. Kondisi ekonomi yang baik,
perusahaan yang mengikuti strategi ini bisa berhasil. Ancaman untuk strategi
ini adalah jika pelanggan tidak lagi memandang perusahaan pemasok sebagai
pilihan pertama. Selain itu, pasar dengan produk dan jasa sejenis buka pasar
yang menarik untuk persaingan.
5.
Strategi Lain
a. Pertahanan bersaing
Supaya dapat bersaing,
pengembangan produk dan perluasan pelayanan perusahaan selalu dinamis dan
memposisikan perusahaan dalam keadaan kritis. Perusahaan selalu inovatif dan
memperbaiki keberhasilan di masa lalu atau memperbaiki produk yagn pertama kali
dihasilkan, sebab jika tidak akan ditinggal oleh pasar.
b. Mencoba produk yang menjadi “andalan utama baru”, dan tidak
berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan produk yang sudah ada. Keberhasilan
perusahaan seperti 3M (Man, Material,
Market) tetap mendominasi posisi pasar melalui pengenalan produk baru
secara berkesinambungan.
c. Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manager kunci dan
ahli teknik profesional yang selalu diikutsertakan dalam pembentukan
keberhasilan perusahaan. Tidak mudah untuk menempatkan kembali kemampuan
individual yang cakap. Sehingga kehilangan seseorang yang cakap dan dianggap kunci
dapat menghancurkan keunggulan perusahaan dalam persaingan.
6.
Memelihara Semangat Wirausaha
Mendorong
perilaku kretif supaya wirausaha memperoleh keuntungan dipasar dapat dilakukan
seperti berikut :
a. Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan khususnya tentang alasan
mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan
tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari pelanggan.
b. Mendidik wirausaha tentang nilai – nilai perbaikan produk dan pemasaran,
tentang proses distribusi dan perbaikan teknik produksi untuk dapat bersaing.
c. Menciptakan iklim kerja yang positif mendorong tercapainya ide – ide
baru. Berdasarkan iklim yang kondusif, enterpreneur lebih kreatif dalam
mentransformasikan ide – ide. Enterpreneur secara ideal adalah individu –
individu yang bertanggung jawab dalam bidang pemasaran, teknologi, dan
keuangan. Pelaku tersebut adalah para pencipta dan inovator pada perusahaan
orang lain.
C.
Perencanaan Usaha
Perencanaan usaha sebagai
langkah awal dalam memulai usaha memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pedoman
untuk mecapai keberhasilan manajemen dan sebagai alat mengajukan kebutuhan
permodalan. Perencanaan biasanya memuat unsur – unsur ringkasan eksekutif,
sejarang perusahaan, profil usaha, strategi usaha, barang dan jasa yang
dihasilkan, strategi pemasaran, analisis pesaing, ringkasan pemilik, rencana
operasi, data keuangan, proposal pinjaman, dan jadwal pelaksanaan.
Selain perencanaan, wirausaha
juga mencari sumber keuangan. Terdapat dua sumber keuangan, yaitu internal perusahaan
(terdiri atas cadangan, dana perusahaan, dan laba ditahan), dan sumber
eksternal perusahaan (terdiri atas dana dari pemilik, dari pinjaman atau kredit
negara lain). Kunci utama dalam perusahaan adalah pemasaran. Pemasaran
merupakan suatu kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen,
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen,
menentukan tingkat harga, mempromosikan agar produk dikenal konsumen, dan
mendistribusikan produk ke tempat konsumen supaya barang disukai, dibutuhkan,
dan dibeli konsumen.
Terdapat
lima strategi untuk memenuhi permintaan konsumen, yaitu :
1. Berorientasi pada pelanggan
2. Mengutamakan kualitas
3. Memfokuskan perhatian pada kesenangan hidup
4. Berorientasi pada inovasi
5. Mempercepat waktu baik dalam menempatkan produk baru maupun dalam
menanggapi keinginan konsumen
Terdapat empat
strategi yang digunakan wirausaha dalam menghadapi lingkungan eksternal, yaitu
:
1. Berada pertama di pasar dengan produk dan jasa baru
2. Memposisikan produk dan jasa tadi dalam relung yang tidak terlayani
3. Memfokuskan produk dan jasa tadi pada relung yang kecil tapi bisa
bertahan
4. Mengubah karakteristik produk, pasar, dan ndustri
Wirausaha yang berfungsi sebagai manager perusahaan, memiliki kompetensi
:
1. Berfokus pada pasar bukan pada teknologi
2. Meramal pendanaan untuk menghindari tidak terdanai perusahaan
3. Membangun tim managemen
4. Memberikan peran khusus bagi penemu
Berdasaran
kompetensi tersebut, seseorang diharapkan bisa memelihara semangat wirausaha
melalui dorongan perilaku kreatif.
2.4 Kompetensi Kewirausahaan
Kesinambungan hidup perusahaan tergantung pada ketahanan wirausaha dalam
meraih keunggulan bersaing melalui strategi yang dimiliki. Colin Montgomery
(1998:5), strategi perusahaan adalah cara-cara perusahaan menciptakan nilai
melalui konfigurasi dan koordinasi aktivitas multipemasaran.
Manajemen perusahaan modern telah terjadi pergeseran strategi, dari
strategi memaksimalkan keuntungan pemegang saham (mencari laba perusahaan)
menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang berkepentingan dalam
perusahaan (stakeholder), yaitu individu atau kelompok yang memiliki
kepentingan dalam kegiatan perusahaan, bukan hanya pemegang saham, tetapi juga
karyawan, manajemen, pembeli, masyarakat, pemasok, distributor, dan pemerintah.
Konsep laba tidak dapat dikesampingkan dan merupakan alat yang penting bagi
perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi pemilik kepentingan.
Laba perusahaan merupakan cermin dari kinerja manajemen strategis yang
berhasil memuaskan pemilik kepentingan. Tugas manajemen strategis adalah
menciptakan laba yang bias dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan
meningkatkan manfaat bagi pemilik kepetingan. Albert Widjaja (1993), laba
perusahaan merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan, tetapi
bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan, karena jika tidak memperoleh laba,
maka perusahaan tidak dapat memberikan kenaikan gaji, membagikan dividen kepada
pemegang saham, memperluas usaha, dan membayar pajak (J. Supranto, 1993:5)
Perusahaan
harus memiliki dan menggali kompetensi khusus sebagai pendorong untuk
menjalankan perusahaan, missal dengan “reputasi rendah” dan biaya produksi yang
rendah. Kompetensi khusus ini dikembangkan terus secara dinamis, jika tidak
diubah maka tingkat keuntungan perusahaan bisa menurun.
Perusahaan
harus menciptakan daya saing khusus untuk memperkuat posisi tawar-menawar dalam
persaingan, serta untuk menampung tuntutan persaingan di pasar yang berasal
dari para pemasok, pembeli, ancaman pendatang baru, produk pengganti, dan
tantangan gencar lain dari pesaing. Berdasarkan strategi ini, perusahaan
mencari pasar kuat berbiaya rendah yang harus menjadi senjata utama dalam
persaingan. Mintzberg (1990) dalam teori "design school perusahaan harus
mendesain strategi perusahaan yang cocok antara peluang dan ancaman eksternal
dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman pada pilihan alternatif
dari "strategi besar" (grand strategy), kemudian didukung dengan
menumbuhkan kapasitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari pengelolaan
sumber daya perusahaan. Kompetensi tersebut diciptakan melalui strategi generik
milik Porter, seperti strategi biaya rendah, diferensiasi, dan fokus serta
didukung oleh nilai-nilai budaya yang relevan. Teori kompetensi inti sebenarnya
sering dikemukakan para ahli seperti Gary Hamel, C. K. Prahalad,
dan H. Mintzberg.
Gary Hamel dan C. K. Prahalad
dalam karyanya "Competing for the
Future" (1994) mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti sebagai
berikut:
- Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan daiam serangkaian
produk atau jasa.
- Kompetensi
inti adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki perusahaan
untuk bersaing.
- Kompetensi
inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan memberikan manfaat
fundamental kepada pelanggan.
- Sumber-sumber
kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan bersaing dan
memberikan kontribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.
Menurut Mahoney dan
Pandian (1992), untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan krisis
eksternal, perusahaan kecil dapat menggunakan teori : strategi berbasis sumber daya” (resource-based strategy). Teori ini
dinilai potensial untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika berada dalam
situasi eksternal yang bergejolak, misal dalam keadaan krisis ekonomi yang
berkepanjangan di Indonesia seperti saat ini, mengutamakan pengembangan
kapabilitas internal yang unggul, tidak transparan, sukar ditiru oleh pesaing,
memberi daya saing jangka panjang yang melebihi tuntutan pasar saat ini, dan
kebal terhadap resesi. Sumber daya perusahaan berupa tanah, teknologim tenaga
kerja (termasuk kapabilitas dan pengetahuan), modal, dan kebiasaan rutin dapat
dikelola secara khusus untuk memperoleh keuntungan yang terus-menerus dari
pesaingan. Menurut “teori berbasis sumber daya” (resource-based theory) yang
dikutip oleh Schoemaker
(1980), pusat perhatian perusahaan dalam menciptakan keunggulan daya saing
untuk mencri keuntungan besar yang dikemukakan Poter (1985) merupakan startegi
jangka pendek dan statis, karena untuk meraih keuntungan berkesinambungan yang
diperlukan adalah daya saing jangka panjang (Albert Wijaya, 1993:47). Meraih
keuntungan berkesinambungan perusahaan berusaha mencari dan menumbuhkan
kapabilitas khusus dari semua sumber daya yang belum dimanfaatkan secara
optimal dan dapat diubah menjadi peluang produktif yang unik, diantaranya
melalui pencarian ide-ide baru atau wawasan manajemen yang lebih luas secara
terus-menerus. Perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber
daya yang lebih baik, diantaranya dengan:
- Pola organisasi dan administrasi yang baik.
- Perpaduan asset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dana lam,
serta asset tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif (Penrose,
1985) dan keterampilan manajerial.
- Budaya perusahaan.
- Proses kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru.
Teori
strategi dinamis maupun strategi berbasis sumber daya, sangat relevan jika
diterapkan dalam pembangunan perusahaan kecil di Indonesia yang dihadapkan pada
persaingan bebas dan krisis ekonomi berkepanjangan seperti saat ini. Perhatian
utama diletakkan pada keunggulan daya saing untuk menciptakan nilai tambah
tinggi melalui potensi sumber daya alam (local) yang ada dan kapabilitas sumber
daya manusia dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan tinggi. Menggunakan
startegi berbasis sumber daya, dunia usaha Indonesia akan bangkit dan berusaha
untuk menciptakan kapabilitas khusus dari sumber daya internal perusahaan serta
tidak dari sumber daya internal perusahaan serta tidak lagi terlalu
mengandalkan startegi kekuatan pasar seperti monopoli dan fasilitas pemerintah.
Perusahaan kecil bias tumbuh cepat bila berani berpikir kreatif dan mengetahui
cara mengembangan sumber daya internal secara kreatif.
Konteks
persaingan global, perusahaan kecil harus mengalihkan strategi pada penggunaan sumber
daya internal. Strategi pengembangan perusahaan mengarahkan pada keahlian
khusus secara internal yang bias menciptakan produk unggul untuk memperbesar
pangsa produksi. Kondisi ini dapat dilakukan melalui pangsa produksi (manufacturing share), yaitu perusahaan
yang muncul pada berbagai produk dan mempunyai berbagai komponen penting yang
sama serta tidak mencari pangsa pasar pada produk konsumen akhir seperti masa
lalu. Strategi berbasis sumber
daya ini menurut Albert Widjaja (1993:47), lebih murah dan ampuh karena usaha
kecil bisa dimanfaatkan sumber daya alam dan tenaga kerja lokal.
Berdasarkan teori
berbasis sumber daya dapat disimpulkan bahwa, dalam konteks persaingan bebas,
pelaku wirausaha harus menggunakan strategi pengelolaan usaha. Strategi
pengembangan perusahaan, baik yang baru maupun yang sudah lama harus mengarah
pada penggunaan sumber daya internal dengan mengarah pada keahlian khusus yang
bisa menciptakan produk unggul untuk memperbesar pangsa pasar produk pada produ
konsumen akhir. Wirausaha dapat lebih berkembang dalam persaingan lokal,
nasioanl, maupun internasional.
Strategi
Bersaing
Konsep strategi
pemasaran terdapat istilah (marketing mix)
yang dikenal dengan 4P, yaitu :
1. Barang dan jasa (product)
2. Harga (price)
3. Tempat (place)
4. Promosi (promotion)
Kewirausahaan
memiliki 4P ditambah dengan satu P, yaitu probe
(penelitian dan pengembangan) sehingga menjadi 5P. Riset pemasaran selalu
menambahkan probe pada awal sehingga urutan bauran pemasaran
menjadi:
1. Penelitian dan pengembangan (probe)
2. Barang dan jasa (product)
3. Harga (price)
4. Tempat (place)
5. Promosi (promotion)
Penelitian dan
pengembangan dalam kewirausahaan merupakan strategi utama karena memiliki
keterkaitan dengan kreativitas dan inovasi,
didalamnya tercakup penelitian dan pengembangan produk, harga, tempat, dan
promosi. Wirausaha berkembang dan berhasil karena memiliki kemampuan penelitian
dan pengembangan yang memadai sehingga tercipta barang-barang yang bernilai dan
unggul di pasar. Manajemen strategi yang baru, Mintzberg mengemukakan 5P sama
artinya dengan strategi, yaitu perencanaan (plan),
pola (patern), posisi (position), perspektif (perspective), dan permainan atau taktik
(play).
1. Strategi Perencanaan
Konsep
strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah
perusahaan untuk mencapai tujuan di masa depan, tetapi tidak selamanya strategi
adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan. Strategi menyangkut
juga segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misal pola-pola perilaku
bisnis yang telah dilakuka di masa lampau. Contoh, McDonald’s selama
bertahun-tahun telah memegang teguh dan
secara konsisten melaksanakan prinsip kualitas, pelayanan, dan kebersihan, ini
menjadi kunci strategi perusahaan McDonald’s. Mercedes sejak awal secara
konsisten menjual mobil untuk segmen pasar tingkat atas atau yang disebut
dengan high-end strategy.
2. Strategi Pola
Menurut
Mintzberg, strategi adalah pola yang selanjutnya disebut sebagai intended strategy, karena belum
terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut juga sebagai realized strategy karena telah dilakukan
oleh perusahaan.
3. Strategi Posisi
Definisi
strategi ketiga menurut Mintzberg strategi adalah posisi yaitu memosisikan
produk tertentu ke pasar tertentu. Perusahaan rokok Marlboro dan Sampoerna Mild
merupakan perusahaan rokok yang paling serius mempromosikan produk di
Indonesia. Masing-masing mempunyai strategi posisi yang berbeda di pasaran.
Marlboro memosisikan diri sebagai rokok kaum pria sejati yang menyukai
tantangan alam seperti digambarkan melalui iklan-iklan, sedang A Mild lebih
ditujukan kepada kaum muda sehingga produk rokok dibuat berkadar tar dan
nikotin ringan. Strategi sebagai posisi menurut Mintzberg cenderung melihat ke
bawah, yaitu ke satu titik bidik dimana produk tertentu bertemu dengan
pelanggan, dan melihat ke luar yaitu menuju berbagai aspek lingkungan
eksternal.
4. Strategi Perspektif.
Strategi
keempat adalah perspektif. Jika dalam perspektif kedua dan ketiga cenderung
melihat ke bawah dan ke luar, maka sebaliknya dalam perspektif cenderung lebih
melihat ke dalam, yaitu ke dalam organisasi, dan ke atas, yaitu melihat visi
utama dari perusahaan.
5. Strategi Permainan
Strategi
adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya lawan atau pesaing. Suatu merek,
misal meluncurkan merek kedua agar posisi tetap kukuh dan tidak tersentuh
karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang melawan merek kedua tadi.
BAB III
ANALISIS PADA USAHA TIARA BAG KUDUS
3.1 Profil Usaha Tiara Bag Kudus
3.1.1 Sejarah Industri Tiara
Bag Kudus
Awal
mulanya Bpk H. Rifa’i bekerja menjahit tas dibawah pimpinan orang lain atau
menjadi karyawan di sebuah usaha konveksi tas, selama bekerja hasil gaji dari
menjahit tesebut di tabung sedikit demi sedikit. Lalu Bpk H. Rifa’i beserta
istri Ibu Hj. Noor Hidayah mencoba membeli bahan-bahan untuk membuat tas
sendiri yang antara lain adalah kain, benang dan beberapa kain perca yang
diambil dari tempat kerjanya tersebut. Dan akhirnya pada tahun 1996, Bpk. H.
Rifa’i beserta istrinya mencoba membuka usaha tas sendiri dengan modal pertama
kali dari tabungan yang telah dikumpulkan selama bekerja. Tambahan modal juga
dibantu oleh keluarga serta saudara-saudaranya yang keturunannya dari keluarga
pengusaha. Setelah beberapa lama kemudian, beliau mempunyai karyawan sedikit
demi sedikit yang tak lain di ambil dari tetangga rumah sendiri dan sekitar
Kudus.
Nama
konveksi Tiara Bag Kudus tersebut pemberian dari saudara Bpk. H. Rifa’i dan
akhirnya di patenkan menjadi merek dagang yang legal di Jakarta Pusat. Proses
pembuatan tas ini bukan hanya di Peganjaran saja. Ada juga sub atau cabang yang
berada di daerah Gebog, tapi disana hanya proses penjahitan saja. Dan karena
giatnya Bpk. H. Rifa’i beserta istrinya dalam menekuni bisnis tersebut,
akhirnya sekarang menjadi konveksi tas yang sudah cukup besar yang pemasarannya
tidak hanya dalam lingkup pulau Jawa saja, namun juga Luar Jawa serta seluruh
Nusantara.
3.1.2 Jenis Usaha
Usaha yang di rintis serta di kembangkan
oleh Bpk. H. Rifa’i beserta istrinya sejak tahun 1996 ini bergerak pada bidang
konveksi tas yaitu tas sekolah dengan berbagai model. Beragam dari tas sekolah
tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Tas
punggung
2. Tas
slempang
3.1.3 Struktur
Organisasi
Struktur organisasi yang diterapkan
di Tiara Bag Kudus ini masih sangat sederhana, Bpk. H. Rifa’i sebagai pemilik
sekaligus manajer umkm tersebut. Yang dibantu oleh istri, Ibu Hj. Noor Hidayah
beserta anaknya, Rizal. Namun demikian, tidak hanya keluarga yang menjadi
pengurus organisasi tersebut, ada juga karyawan yang menjadi tangan kanan atau
orang yang dipercaya oleh pemilik atau Bpk. H. Rifa’i, yang bertugas mengelola
produksi, membantu mencapai tujuan dari umkm tersebut serta menggantikan peran
manajer jika Bpk. H. Rifa’i sedang mempunyai kepentingan lain. Peran istri
serta anaknya juga hampir sama seperti tangan kanan, karena mempunyai tugas
yang sama, serta mengontrol produksi setiap harinya agar selama produksi
berlangsung berjalan sesuai dengan target serta kebutuhan pasar atau permintaan
pasar. Jadi pengontrolan produksi dilakukan oleh semua pihak, Bpk. H. Rifa’i,
tangan kanannya, istri serta anaknya maupun seluruh karyawan. Oleh sebab itu,
umkm Tiara Bag Kudus yang masih tergolong industri menengah ini mempunyai
struktur organisasi yang sederhana dan tidak terlalu rumit. Dengan pembagian tugas
bagi pengurus maupun karyawan yang relevan sederhana. Namun demikian, tidak
terjadi permasalahan organisasi yang besar, karena dengan pembagian tugas tiap
lini pekerjaan tersebut sudah memenuhi target yang diharapkan dan mampu
memenuhi permintaan pasar.
3.1.4 Tenaga Kerja dan Sistem Penggajian
A.
Perekrutan
Tenaga Kerja
Perekrutan karyawan di Tiara Bag Kudus ini
tidak mempunyai kualifikasi khusus seperti perusahaan besar. Yang menjadi
syarat di Tiara Bag Kudus ini hanya keahlian menjahit yang khusus bagian penjahitan
untuk pekerja harian, giat dalam bekerja dengan tujuan mencapai target yang
telah ditentukan. Usia juga tidak dipermasalahkan, karyawan di Tiara Bag Kudus
ini berusia mulai dari 17 tahun hingga 40 tahun. Yang terpenting, mampu
mencapai target yang telah ditentukan oleh manajer. Terkhusus untuk karyawan
baru sebelum mulai bekerja diberikan training
atau pelatihan singkat yang bertujuan hanya untuk menguji keahlian karyawan
baru tersebut serta ketelitian atau kerapian dalam menjahit. Sehingga di Tiara
Bag Kudus ini tidak ada karyawan yang baru belajar menjahit atau yang lain,
karena memang sudah mempunyai pengalaman di pekerjaan sebelumnya. Mayoritas
karyawan di Tiara Bag Kudus ini berasal dari tetangga rumah atau tempat
produksi sendiri dan sekitar Kudus.
B.
Pembagian
Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau karyawan yang
dipekerjakan di Tiara Bag Kudus berjumlah sekitar 72 orang yang terbagi atas 4
kelompok kerja. Dalam mendesain pekerjaan pada karyawan di Tiara Bag Kudus
yaitu membagi kelompok kerja sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Seluruh karyawan dibebankan tanggung jawab untuk mencapai target
yang telah di tentukan.
Di
UMKM Tiara Bag Kudus ini pembagian kelompok kerja menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.
Bagian Pemotongan
Bagian
pemotongan kain ada 4 orang. Yang mana setiap karyawan melaksanakan tugasnya
setiap hari dengan jumlah target atau potongan yang sudah ditentukan oleh
manajer.
Tugasnya
yaitu memotong kain sisa serta kain pelengkap yang dibutuhkan. Prosedurnya
yaitu sebelum kain di potong, di gambar pola terlebih dahulu kemudian pola
tersebut di tempelkan ke kain dan di potong sesuai dengan pola tas tersebut.
Kemudian selanjutnya diberikan kepada bagian penjahitan.
2. Bagian
Penjahitan
Bagian
penjahitan ada 60 orang yang terbagi di dua tempat yaitu di Peganjaran dan
Gebog. Di tempat produksi Peganjaran hanya ada 15 penjahit saja, sisanya di sub
cabang produksi di Gebog dan yang dibawa ke rumah masing-masing. Bagi penjahit
yang membawa bahan produksi ke rumah masing-masing akan dicatat seberapa banyak
kain yang diambil yang kemudian di sroe harinya akan disetorkan sesuai dengan
bahan atau kain yang sudah di ambil pagi harinya. Hasil produksi yang
dihasilkan harus sinkron dengan kain yang diambil.
Tugasnya
yaitu menjahit kain yang sudah dipotong, menyatukan potongan-potongan kain
membentuk model tas yang diproduksi. Kemudian selanjutnya diberikan kepada
bagian pelengkapan askesoris.
3. Bagian
Pelengkapan
Bagian
pelengkapan disini digabung dengan bagian packing,
yang berjumlah 8 orang. Pelengkap yang dimaksud berupa melengkapi aksesoris
agar tas lebih menarik lagi sesuai desain tas yang di inginkan.
Tugasnya
yaitu melengkapi tas dengan aksesoris seperti caci tas, merek dagang, serta
komponen lain yang diperlukan sesuai dengan model tas yang sudah dibuat. Bagian
pelengkapan disini juga sekaligus pengecekan terakhir bagaimana kondisi tas
apakah sudah layak dipakai atau belum. Kemudian selanjutnya diberikan kepada
bagian pengemasan (packing).
4. Bagian Pengemasan (Packing)
Bagian
pengemasan ada 8 orang yang digabung dengan bagian pelengkap seperti yang sudah
tertera di atas.
Tugasnya
yaitu mengemas produk tas dengan plastik yang sudah disediakan, yang kemudian
dihitung per lusin. Dan produk tas siap dipasarkan ke pasar dan berbagai
daerah.
Jam kerja karyawan yang telah
ditentukan serta disetujui oleh karyawan dimulai pada pukul 08:00 hingga pukul
16:00 WIB. Walaupun jam kerja sudah ditentukan, Bpk. H. Rifa’I memberikan
toleransi kepada karyawan yang sudah berkeluarga karena harus melakukan
pekerjaan rumah terlebih dahulu. Toleransi waktu yang diberikan hingga 08:30
WIB. Jika tidak mematuhi aturan yang telah dibuat, maka akan diberikan
peringatan lisan secara pribadi. Jika permintaan pasar meningkat, karyawan akan
lembur hingga pukul 21:00 WIB. Dan untuk jam kerja lembur, tidak diharuskan
seluruh karyawan, yang berminat saja. Kecuali jika memang permintaan pasar
serta penjualan produk sangat tinggi, akan di pekerjakan banyak karyawan untuk
lembur. Seperti pada saat menjelang kenaikan kelas di sekolah baik dimulai dari
sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA), permintaan pasar akan
meningkat sangat tinggi.
C.
Fasilitas
Tenaga Kerja
Diperusahaan besar semua tenaga kerja atau
karyawan pasti akan menerima fasilitas yang diberikan oleh perusahaan yang
telah disetujui sejak awal penerimaan karyawan baru. Begitu juga di umkm Tiara
Bag Kudus, karyawan diberikan fasilitas yang cukup baik untuk kalangan industri
rumahan golongan menengah. Fasilitas yang diberikan yaitu mess atau penginapan,
tidak semua karyawan menikmati fasilitas ini, hanya beberapa karyawan saja yang
tempat tinggalnya lumayan jauh. Sehingga tidak dikhawatirkan karyawan tersebut
terlambat bekerja. Karyawan yang mess di Tiara Bag Kudus berjumlah 3 orang
saja. Dan penginapan ini tidak dipungut biaya sama sekali yang dilengkapi
dengan kasur lantai serta televisi.
D.
Sistem Penggajian
Gaji yang diberikan kepada karyawan
sangat diperhitungan dengan melihat bagaimana kinerja dalam produksi secara
adil. Penggajian setiap bagian kelompok kerja berbeda-beda, yaitu:
1. Bagian
Pemotongan
Gaji yang diperoleh
sesuai dengan jumlah kain yang di potong per minggu yaitu Rp 10.000,-/potong
2. Bagian
Penjahitan
Gaji yang diperoleh
sesuai dengan jumlah banyaknya menjahit produk per minggu dan melihat juga
model tas yang berbeda-beda, yaitu Rp 35.000,- /hari
Bagi karyawan harian yang
sudah lama bekerja di Tiara Bag Kudus atau pekerja tetap gajinya bisa mencapai
50.000,- /hari
3. Bagian
Pelengkapan dan Pengemasan
Gaji
yang diperoleh yaitu Rp 25.000,- /hari
Jika permintaan pasar meningkat,
karyawan akan lembur dengan gaji yang sesuai dengan produksi yang dihasilkan
saat lembur.
Di Tiara Bag Kudus juga diberlakukan
bonus atau tambahan gaji kepada karyawan yang mempunyai kinerja yang bagus,
giat serta ulet dalam bekerja. Tujuan yang diharapkan oleh pemilik yaitu agar
terciptanya persaingan yang sehat antar karyawan. Jadi setiap karyawan akan
termotivasi untuk memaksimumkan produksi dan mendapatkan gaji atau tambahan
bonus.
3.1.5
Produksi
Dalam menghasilkan produk tas sekolah,
manajer sudah memperhitungan dengan sangat baik. Jumlah produksi yang
dihasilkan akan dihitung dari permintaan pasar setiap harinya serta persediaan
produk secara efektif dan efisien. Setiap hari produk yang dihasilkan kurang
lebih 50 lusin. Tetapi pencatatan serta perhitungan dilakukan setiap satu
minggu yaitu kurang lebih 350 lusin. Setiap harinya produk langsung habis di
ambil para bakul atau pengepul, dan biasanya hanya tersisa 2-3 lusin saja. Oleh
karena, setiap harinya Tiara Bag Kudus ini melakukan produksi sesuai target dan
permintaan pasar. Usaha Tiara Bag Kudus ini sudah memiliki izin usaha yang
legal dengan merek dagang yang pertama dari Jakarta Pusat.
A.
Alat
& Bahan
Alat
& bahan yang digunakan dalam produksi yaitu:
1) Kain
Jenis kain yang digunakan
ada 3 jenis kain, yaitu:
a. Kanvas,
kain sisa yang berasal dari pabrik garmen PT Badjatex Bandung
b. Levis,
kain sisa yang berasal dari pabrik garmen PT Sritex Solo
c. Double
Mes, kain yang berasal dari Bandung
2) Benang
dan Jarum
3) Mesin
jahit manual
4) Mesin
jahit khusus
Digunakan untuk beberapa
bagian tas saja seperti pada lengan tas. Jumlah seluruh mesin yang digunakan
baik mesin jahit manual maupun mesin jahit khusus yaitu 60 buah mesin sesuai
dengan jumlah karyawan pada bagian penjahitan.
5) Gunting
6) Pola
tas
7) Ritsleting
8) Pengait
besi
9) Aksesoris
lain yang diperlukan
B.
Proses
Pembuatan Produk Tas
Proses pembuatan tas
sekolah di Tiara Bag Kudus sebagai berikut:
1. Membuat
pola sesuai model tas, lalu pola tersebut di tempelkan pada kain.
2. Kain
yang sudah di tempelkan sesuai pola kemudian di potong.
3. Proses
penjahitan.
4. Pemasangan
ritsleting serta aksesoris lain sesuai dengan model tas.
5. Proses
pengemasan atau packing.
6. Siap
di pasarkan.
3.1.6
Lingkungan Produksi
Pertanggung jawaban atas lingkungan
produksi di umkm atau industri rumahan masih dikatakan skala yang kecil. Namun,
setiap usaha pasti ada yang namanya pertanggung jawaban atas lingkungan,
walaupun itu kecil, pertanggung jawaban tersebut tergolong sangat penting, bagi
masyarakat sekitar produksi maupun umkm sendiri. Dengan melakukan pertanggung
jawaban tersebut juga akan menambah citra dari nama umkm itu sendiri.
Di Tiara Bag Kudus yang memproduksi tas
sekolah, pertanggung jawaban yang dilakukan sebagai berikut:
1. Limbah
kain sisa
Limbah dari kain sisa ini
biasanya diambil oleh tetangga yang digunakan untuk pawon atau memasak.
2. Tenaga
kerja
Tenaga kerja atau
karyawan yang bekerja di Tiara Bag Kudus ini mayoritas adalah masyarakat
sekitar. Sehingga menciptakan lapangan pekerjaan serta membantu perekonomian
masyarakat di lingkungan sekitar.
3. Sumbangan
Setiap satu tahun sekali
saat mau lebaran hari raya idul fitri, Tiara Bag Kudus mempunyai kegiatan rutin
tahunan dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat sekitar.
3.2 Penentuan Harga Produk pada Tiara Bag Kudus
Modal awal yang digunakan oleh pemilik, Bpk. H. Rifa’i tidak
menentu karena awal produksi dahulu itu menggunakan uang tabungan yang telah
dikumpulkan dari gaji selama bekerja sekaligus mengumpulkan bahan-bahan dari
tas sedikit demi sedikit atau mencicil bahan. Biaya produksi awal juga tidak
menentu karena ada juga bahan yang hanya mengambil kain sisa dari tempat kerja
beliau Bpk. H. Rifa’i. Setelah berhasil memproduksi tas sendiri dengan dana
yang minim, Bpk H. Rifa’i
dibantu oleh saudara-saudaranya dengan memberikan tambahan modal serta
pemasaran yang masih sempit. Dengan begitu seiring berjalannya waktu, modal
awal kembali dengan nominal yang lumayan banyak yang dikumpulkan oleh Bpk. H.
Rifa’i serta digunakan untuk mengembalikan modal yang sudah dipinjamkan oleh
saudaranya tersebut. Tahun 1996-an,
menurut Bpk. H. Rifai’i dengan nominal uang sebesar Rp 100.000 bisa dikatakan
modal yang dapat digunakan untuk memproduksi tas sekolah yang cukup banyak.
Jadi pemilik dari Tiara Bag Kudus ini tidak bisa menentukan modal awal yang
digunakan untuk menghasilkan produksinya.
Sekian lama
berdirinya usaha tersebut melengkapi berbagai teknologi yang digunakan seperti
mesin jahit, mesin obras, dan peralatan lain. Dengan strategi pemasaran yang
baik, usaha ini dapat memasarkan ribuan tas sekolah ke berbagai penjuru
Indonesia. Bertambahnya omset atau pendapatan usaha ini, pemilik melengkapi
berbagai teknologi dan menambah banyak mesin yang digunakan. Kisaran produksi setiap
harinya menghasilkan kurang lebih 50
lusin. Tetapi pencatatan serta perhitungan dilakukan setiap tiap satu minggu
yaitu kurang lebih 350 lusin. Setiap harinya produk langsung habis di ambil
para bakul atau pengepul, dan biasanya hanya tersisa 2-3 lusin saja. Oleh
karena, setiap harinya Tiara Bag Kudus ini melakukan produksi sesuai target dan
permintaan pasar.
Untuk penjualan
menggunakan sistem kodian karena yang mengambil produk tas ini merupakan para
pedagang-pedagang atau pengepul yang menyetorkan produk ke pasar-pasar. Kisaran
harga yang ditawarkan yaitu mulai Rp 25.000 hingga Rp 55.000, tergantung bahan dan
motif tiap tas. Untuk tenaga kerja, gaji yang diberikan juga bervariasi, sudah
dijelaskan di bagian profil usaha di atas.
3.3 Perencanaan Pemasaran pada Tiara Bag Kudus
Daerah pemasaran hasil produksi yang ada
di Tiara Bag Kudus meliputi Pasar Kliwon, Semarang, Purwodadi, Surabaya, dan
Luar Jawa seperti Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Lombok. Awalnya
promosi sebagai pengenalan produk, hasil produksi tersebut diperjualkan atau
dibantu oleh saudara-saudara dari Bpk. H. Rifa’I yang mempunyai toko di Pasar
Kliwon. Dan setelah Tiara Bag Kudus memiliki merek yang telah di patenkan dari
Jakarta Pusat, permintaan pasar meningkat tajam hingga sekarang.
Hasil produksi tas sekolah di Tiara
Bag Kudus didistribusikan melalui pengepul dan pedagang perantara. Para
pengepul dan pedagang tersebut yang berdomisili di Kudus, mengambil hasil
produksi secara langsung setiap sore hari di rumah atau tempat produksi. Tiara
Bag Kudus belum membuka toko yang bisa langsung dikunjungi oleh konsumen,
biasanya konsumen langsung ke tempat produksi. Kisaran harga tas sekolah di
Tiara Bag Kudus dimulai dengan harga Rp 290.000,- / lusin hingga Rp 450.000,- /
lusin. Harga ecer dan grosir sama saja karena Tiara Bag Kudus ini adalah
produsen pertama.
Penghasilan atas produksi tas sekolah
di Tiara Bag Kudus ini mencapai 15-20 juta per bulan. Namun, sayangnya
penghasilan tersebut masih belum di audit atau di catat secara rinci. Dan
biasanya penghasilan tersebut akan langsung di pergunakan untuk membeli bahan
baku kembali. Sehingga terjadi perputaran uang yang baik. Terlebih lagi karena
usaha rumahan atau umkm, jadi untuk pencatatan belum di lakukan secara rinci.
3.4 Perluasan Usaha pada Tiara Bag Kudus
Perluasan yang saat ini
sedang di rencanakan yaitu:
a. Perluasan
Produk
1. Melakukan
inovasi dengan mendesain motif atau model tas sekolah yang terbaru dengan warna
yang menarik
2. Meningkatkan
kualitas kain yang digunakan
3. Memperbaiki
pada jahitan tas
4. Menciptakan
industri baru dengan produk yang berbeda, semisal pakaian.
b. Perluasan
Tenaga Kerja
Di Tiara Bag Kudus belum
mempunyai rencana memperbanyak tenaga kerja lagi karena karyawan yang sudah
banyak dan di rasa cukup. Jika memang permintaan pasar meningkat terus menerus
maka perekrutan tenaga kerja akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
c. Perluasan
Teknologi
Teknologi yang digunakan
di Tiara Bag Kudus memang masih dibilang teknologi manual atau biasa. Namun
teknologi tersebut di rasa sudah cukup, dan sepanjang usaha Tiara Bag Kudus
juga tidak menjadi masalah yang besar. Teknologi di Tiara Bag Kudus dilakukan
service secara rutin. Dan jika mesin yang digunakan masih kurang atau rusak
akan ditambah lagi jumlah mesin sesuai yang dibutuhkan.
d. Perluasan
Pasar
1. Membuka
toko di pasar kliwon (sudah kontrak tempat tetapi belum di buka).
2. Memasarkan
produksi ke seluruh kota di pulau Jawa hingga seluruh Nusantara.
3. Membuat
situs online dengan menerapkan sistem jual beli online.
4. Merambah
ke pasar global terkhusus negara-negara tetangga dengan melihat peluang atau
survey ke negara tersebut.
3.5 Kompetensi Kewirausahaan
Menyadari peran UMKM sebagai
kelompok usaha yang memiliki jumlah pauling besar dan cukup dominan dalam
perekonomian, maka pencapaian kesuksesan di pasar global juga akan dipengaruhi
kesiapan oleh pelaku UMKM tersebut. Dalam hal ini dibutuhkannya SDM yang berkualitas.
Faktor tersebut menjadi tantangan utama dalam mempersiapkan UMKM yang menembus
pasar global.
Kompetensi pada Tiara Bag
Kudus ini juga sangat berpotensi tinggi untuk melakukan ekspor, hanya saja
masalah administrasi rumit yang membuat pemilik dari Tiara Bag Kudus ini enggan
mencoba untuk merambah ke kancah luar negeri. Namun hal tersebut tidak
menurunkan semangat pemilik untuk tetap mencari bagaimana strategi pasar yang
digunakan di luar negeri, khususnya negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia, dll. Pemilik dari Tiara Bag Kudus ini sudah beberapa kali mensurvey
secara langsung bagaimana pangsa pasar di luar negeri dan strategi yang
digunakan agar usaha tidak kalah dengan produk dari negara lain.
Kompetensi kewirausahaan pada
usaha Tiara Bag Kudus ini dapat dilihat dalam upaya pelaku usaha mengatasi
permasalahan. Masalah yang dihadapi dan upaya dalam mengatasinya sebagai
berikut:
1. Ketersediaan
bahan baku
Dalam permasalahan ini
sebenarnya tidak terus menerus. Hanya saja terkadang ketersediaan bahan baku
dari Bandung dan Solo tidak mencukupi yang dibutuhkan serta permintaan pasar.
Solusi yang dilakukan oleh Tiara Bag Kudus yaitu ketika bahan baku di Bandung
dan Solo sangat banyak atau melimpah, Tiara Bag Kudus akan menyetok atau
membeli persediaan bahan baku tersebut sebanyak yang sudah diperkirakan. Jadi,
jika persediaan bahan baku di Bandung dan Solo sedang sulit, Tiara Bag Kudus
tidak kebingungan mencari bahan-bahan tersebut.
2. Tenaga
kerja atau karyawan
Bagi karyawan yang masih
sering melanggar aturan yang sudah diterapkan atau terlambat kerja bahkan ada
juga yang membolos tidak masuk kerja, akan di berikan peringatan secara lisan
terlebih dahulu. Jika masih membangkang, maka akan di berikan peringatan yang
lebih tegas lagi.
3. Sistem
pembayaran memakai giro atau tempo
Memang tidak semua bakul,
pengepul atau pedagang perantara yang memakai giro. Namun ada juga pengepul
dari luar daerah yang menggunakan giro atau tempo dalam bertransaksi. Solusinya
yaitu memberikan pengertian atau meminta agar sistem pembayarannya secara
kontan atau transfer saja. Dan konsekuensi yang di hadapi oleh pengepul atau
pedagang perantara yang memakai giro atau tempo juga akan dikurangi permintaan
yang di inginkan bahkan dapat juga dihentikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori
yang sesuai dengan tinjauan pustaka, Tiara Bag Kudus sudah menerapkan teori
tersebut dengan menggunakan menetapkan harga sesuai dengan semua biaya yang
dikeluarkan, serta menggunakan strategi yang baik dalam memasarkan produknya.
Tiara Bag Kudus juga sudah merencanakan perluasan usaha yang dengan harapan
dapat membuat usaha konveksi tas sekolah ini dapat berkembang, dan tidak kalah
dengan pesaing-pesaing baru yang cepat berkembang. Kompetensi kewirausahaan
dalam usaha Tiara Bag Kudus ini juga memiliki potensi yang baik dengan
penanganan masalah yang efektif dan tepat dapat mengatasi permasalahan tersebut
dan membuat usaha tersebut terus berkembang hingga ke kancah internasional.
4.2 Saran
Usaha Tiara Bag
Kudus ini mempunyai prospek yang baik. Untuk permasalahan yang dihadapi penulis
menyarankan untuk mengatasi permasalahan dengan efektif dan tepat, sehingga
tidak menggaggu berjalannya usaha. Harapan terbesar dari usaha ini yaitu dapat
memperluas usaha ini dengan memasarkan produk ke kancah internasional atau
ekspor. Sehingga mampu membantu perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi,
mengangkat UMKM lebih tinggi lagi dan memacu kreativitas para pemilik usaha
yang kecil atau baru berdiri.
LAMPIRAN








DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. 2014. Kewirausahaan
(Kasus dan Implementasi) Edisi Ketujuh. Semarang: Galaksi Nusindo
nice
BalasHapus